Rabu, 25 Maret 2020

RAJA BINATANG

Bismillaahir Rahmaanir Rahiim

Manusia itu terdiri dari tubuh dan ruh, masing-masing mepunyai penasihat, penasihat tubuh adalah nafsu dan penasihat ruh adalah akal. Akal mempunyai keinginan dan begitu pula nafsu. Nafsu, adalah keinginan yang tumbuh dari tubuh ini, maka nafsu adalah diri. Nafsu bukan ciptaan yang terkutuk, melainkan anugerah dari Allah. Yang terkutuk itu syaithon, di dalam Al-Qur’an tidak ada kata nafsu itu terkutuk. Syaithon itu satu sifat yang yang putus asa dari Rahmat Allah, sehingga bila manusia dan jin berputus asa maka sifatnya menjadi syaithon, naudzibillah min dzalik. Hubungan nafsu dan syaithon adalah bahwa nafsu itu pintu bagi syaithon untuk masuk kepada manusia, agar manusia menjadi syaithon. Meskipun demikian nafsu adalah anugerah yang mulia dari Allah, karena nafsu itu identik atau menyatu dengan tubuh, kalau tubuhnya dibuang tinggal ruh, ruh itu sama dengan malaikat yang tidak menginginkan dunia. Kita ingin harta, ingin tahta, ingin wanita, karena tubuh ini, coba dibuka tubuh ini maka jadi malaikat dan tidak menginginkan harta, tahta dan wanita, oleh karenanya jika tubuh ini tidak punya keinginan maka menderita. Ada orang tidak menikah karena tidak punya keinginan, kan menderita, sakit, tak sempurna. Maka pimpinlah tubuh ini dengan akal dan itu namanya manusia, jika tidak, karena tubuh ini bahan ciptaannya adalah alam semesta, tubuh ini diciptakan dari ekstrak semua alam semesta, terutama sifat-sifat yang aktif adalah ekstrak sifat binatang, dan kalau kita tidak ada akal maka kita adalah ‘raja binatang’, karena dalam diri kita ini semua sifat binatang ada, sangat sempurna luar biasa. Jika anjing bertemu kerbau, maka anjing tidak paham dengan kerbau, karena berbeda sifatnya, dan begitu pula sebaliknya, itu sebab binatang itu saling menyakiti saling membunuh, karena tidak punya akal. Sedangkan manusia ‘Alhamdulillah’ semua sifat binatang punya, kerbau, anjing, monyet, kucing, tikus, dan ada pula tikus-tikus politik. Alhamdulillah, maka kita perlu punya akal, karena akal itulah kebijakan dan kebajikan, karena akal itulah Allah membagi syariat. Oleh karena itu manusia disuruh menundukkan nafsu kepada akal, tetapi akal harus di-isi oleh ilmu pengetahuan khususnya ilmu agama, karena kalau tidak, akal tidak akan mampu menampung keinginan tubuh.

Oleh sebab itu, pada permulaannya untuk melawan nafsu adalah akal, akal pada asasnya sebelum mendapat ilmu pengetahuan, adalah sebuah alat untuk mengetahui baik dan buruk, itulah yang disebut manusia, baik muslim atau non-muslim. Dapat dikatakan bahwa akal adalah sebuah neraca untuk mengetahui baik dan buruk, namun jika tidak ada pengetahuan ruhani, maka kebaikan itu hanya bersifat individual, egois, untuk dirinya atau untuk golongannya saja, tetapi jika ada keruhanian dan akal dipimpin olehnya, maka dia memandang kebaikan itu untuk semua alam semesta ini, Itu sebab Nabi,saw, dikatakan sebagai ‘rahmatan lil alamin’, untuk manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan dan alam semesta. Maka bisa dikatakan bahwa rohani itulah rahmatan lil alamin, karena Nabi,saw, adalah akhlak, Nabi,saw, adalah kerohanian, Nabi,saw, adalah yang disebut hakikat Muhammadiyah atau Nur Muhammad, adalah sifat keruhanian, maka semuanya akhlak. Oleh karenanya, tundukkan akal kepada ilmu, tundukkan nafsu kepada akal. Paling tidak gunakan akal dengan sebaik-baiknya untuk berpikir positif. Karena orang yang berakal sehat itu sebenarnya bukan hanya mengetahui baik dan buruk saja, melainkan mengetahui akibat dari perbuatan buruk. Banyak orang mengetahui baik dan buruk tetapi tetap saja melakukan keburukan, karena tidak sampai pikirannya kepada akibatnya, itu akalnya tidak sehat meskipun akalnya ada. Karena itu akal wajib diberi masukan pikiran-pikiran yang positif, pikiran yang baik, Ilmu agama khususnya keruhanian agar mampu membimbing dan memimpin nafsunya.

Apabila ilmu agamanya telah memenuhi akalnya lalu mendawamkan dzikir dan mujahadah, maka akan membuahkan gerakan jahir dan juga barokah batin artinya batinnya semakin banyak kebaikan dan semakin membaik akhlaknya. Barokah adalah kebaikan yang bertambah dan banyak, seperti jika kita duduk dengan orang tua, meskipun sebentar tetapi seperti merasakan pengalaman yang banyak, tetapi jika duduknya dengan anak muda, berbicara satu hari pun tidak terasa apa-apa. Aktivitas jahir itu akan memastikan adanya barokah, dimulai dari berpikir yang baik berbicara yang santun dan bertindak yang benar, maka akan banyak kebaikan yang timbul, inisiatif baru, semangat baru, suasana baru. Karena Allah menjadikan antara tubuh dengan rohani ini, ada ikatan ketuhanan dan ada hubungan rohani. Imam Sya'roni,qs, mengatakan bahwa gerakan itu sebagai ibadah, kalau orang melakukan ibadah seperti shalat, puasa, zakat, haji dan berbagi kebaikan, itu mesti memberikan cahaya dalam hatinya, karena jasad dengan ruh ada hubungan rohaniah, artinya apabila bergerak mesti ada sesuatu yang masuk ke dalam hati, Allah berkahkan kedalam rohani. Maka apabila ruh itu dominan hilang rasa ‘ada’, tapi apabila jasad dominan akan merasa ‘ada’. Contohnya apabila jawarih ini berawal taat, mesti ada memberikan kesan ke hati, lama kelamaan hati menjadi tunduk dan ruh menjadi suci serta nafsunya menjadi lemah. Jika hatinya sudah ikhlas, dengan sebab taat ini, maka taat yang keluar dari hati yang bersih, ini pun memberikan pengaruh yang lebih dalam kepada jawarih, maka demikian seterusnya dan pada akhirnya dapat menggunakan anggota tubuh untuk taat kepada Allah dengan ringan, karena jawarihnya sudah tidak diatur lagi oleh pikiran melainkan oleh ruhaninya.

Semoga bermanfaat Wallahualam bisawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.