Rabu, 09 Desember 2009

THAHAROH

Bismillaahir Rahmaanir Rahiim

Hadrat Syaikh Waasi’ Achmad Syaechudin (semoga Allah merahmatinya) berkata : ‘Wahai sahabat-sahabatku, tetaplah dalam keadaan berwudlu kapanpun dan dimanapun engkau berada.’ Ajakan ini dalam sekali maknanya, agar para murid belajar bermujahadah dari hal yang paling sederhana. Karena pensucian lahiriyah sekecil apapun akan mensucikan batiniyah, demikian pula sebaliknya pensucian batiniyah akan mensucikan lahiriyah. Kesempurnaan pensucian terletak pada besar kecilnya tindak mujahadah, dan tindak mujahadah tanpa berbekal ilmu yang benar tidak berbekas apa pun. Secara umum pengertian mujahadah adalah berpantang terhadap kesenangan jiwa. Maka, seseorang mesti waspada terhadap permainan jiwanya sendiri, tatkala akan menyempurnakan wudlunya, apakah dikarenakan ingin memperoleh kenyamanan sebab udara panas? Atau menghilangkan minyak dan debu pada wajah? Dan mengira sudah termasuk diantara orang-orang yang menyempurnakan wudlu demi ibadah? Tipuan jiwa ini membelokkan niat suci, sehingga wudlunya tak lain hanyalah untuk dirinya bukan untuk Allah SWT. Nah, jika nafs sedang menguasai diri dan menciptakan sebuah rasa nyaman, disaat ingin memperbaharui wudlu, maka perasaan yang demikian wajib diperangi terlebih dahulu, baru kemudian berwudlu dengan niat yang lurus. Tindak mujahadah yang tampak sederhana ini, termasuk didalam pengawasan terhadap gerak-gerik qolbi. Kemampuan yang demikian itu, termasuk maqom yang sangat luhur. Dikatakan bahwa sesuatu yang menggembirakan jiwa akan menggelapkan hati dan sebaliknya, sesuatu yang tidak meng-enak-kan jiwa akan mencahayai hati. Oleh karenanya, semua bentuk peribadatan dan selama disebut sebagai ibadat pastilah tidak akan meng-enak-kan bagi jiwa, karena disitulah letak mujahadahnya. Berbeda bagi seseorang yang ditengah malam dalam cuaca yang sedemikian dingin mesti memperbaharui wudlunya. Dengan menyempurnakan wudlu dalam keadaan yang tidak disukai (mujahadah) oleh jiwa, maka Allah SWT akan mengangkat derajat hamba-Nya dan menghapus segala kesalahannya. Rasulullah,saw., bersabda : ‘Maukah aku kabarkan kepadamu tentang sesuatu yang dengannya Allah SWT menghapus segala kesalahan dan mengangkat derajat? Yaitu menyempurnakan wudlu disaat yang tidak disukai. Dan memperbanyak langkah ke masjid dan menunggu waktu shalat tiba.’ Hadis yang mulia ini menyebutkan, wudlu, perjalanan dan penantian. Wudlu berarti penghapus kesalahan, pembersih dan pensucian, sedangkan perjalanan berarti pengangkatan derajat, dan penantian berarti pengikat secara kukuh. Rasulullah, saw., menyebut penantian ini sebagai rabith dan diucap selama tiga kali, berarti mempunyai keutamaan yang sangat tinggi. Oleh karenanya, orang-orang yang menanti shalat di masjid dalam keadaan telah bersuci, nilainya sama dengan shalatnya selama masa penantian itu, sebagaimana pengikat yang terbuat dari tali yang kokoh. Para pejalan menyebutnya ‘rabithoh’, sebagai tali penghubung antara murid dengan mursyidnya, jika penantian shalat sama nilainya dengan shalat, maka sang murid mengenakan jubah ilmu pengetahuan sang ‘mursyid’ tatkala ia robithoh.

Terlihat jelas bahwa keutamaan memerangi kesenangan diri (mujahadah) dalam kasus diatas menandingi keutamaan berwudlunya. Meskipun kelihatannya tindak mujahadahnya sesederhana itu, namun termasuk didalam jihad akbar, yakni jihad melawan hawa nafsu, karena hawa nafsu adalah musuh yang paling besar dan yang paling dekat mengelilingi sosok manusia. Ia ada dalam setiap tarikan nafas, dan mengingkari nikmat Allah. Perintah untuk memerangi hawa nafsu secara implisit terdapat pada firman Allah SWT : ‘Hai orang-orang yang beriman, perangilah orang-orang kafir yang di sekitar kamu itu, dan hendaklah mereka menemui kekerasan daripadamu, dan ketahuilah, bahwasanya Allah bersama orang-orang yang bertaqwa. (QS 009 : 123).’ Jika seseorang berjihad melawan dirinya sendiri dengan jihad yang dapat membebaskannya, maka inilah jihad terakhir melawan musuh-musuhnya. Jika ia terbunuh dalam jihad ini, maka ia termasuk diantara para syuhada yang hidup dan memperoleh rizki disisi Allah SWT. Mereka senang dengan apa yang Allah berikan kepadanya berupa karunia-Nya, dan mereka memperoleh kabar gembira tentang orang-orang yang akan menyusulnya kemudian.

Sebelum niat dilantunkan untuk melakukan tindak peribadatan, seseorang mesti memeriksa gerak gerik jiwanya terlebih dahulu, untuk apa dan kepada siapa peribadatan ini tertuju, untuk kesenangan dirinya kah, atau hanya untuk Allah semata. Jangan pernah sekalipun meremehkan pekerjaan ini, karena didepan pintu tindak peribadatan yang diwajibkan atau yang disunatkan, terdapat ladang jihad akbar, yang keutamaannya melampaui bentuk peribadatan apapun, baik puasa ataupun shalat, bahkan berperang melawan kaum kafir dan terbunuh sekalipun. Oleh karenanya, bagi para pejalan sejati, setelah memeriksa gerak gerik jiwanya, dan memerangi tipu dayanya, guna meluruskan dan membersihkan niatnya agar tepat tertuju kepada Allah SWT, lalu melantunkan doa munajat ‘Ilahii anta maqsudi waridhoka matlubi, ‘atini mahabbataka wa marifataka yaa Arhamar Rohimiin,’ dirinya menjadi sirna kedalam samudera ke-esa-an-Nya. Hal ini telah diriwayatkan dalam hadis-hadis shahih. Oleh karenanya, jihad akbar ini menjadi jihad wajib yang ditentukan bagi orang-orang yang mengaku beriman, dan meninggalkannya berarti berbuat kemaksiatan. Demikian semoga Allah mensucikan dan mengampuni dosa-dosa kita semua, amiin yaa Allah yaa Rabbal Alamiin.