Minggu, 12 Juni 2016

PINTAR DAN BODOH

Bismillaahir Rahmaanir Rahiim

Seseorang yang telah melakukan dawamudz dzikri selama lebih dari sepuluh tahun belum tentu terbebas dari penyakit-penyakit hatinya. Bisa jadi karena diperolehnya ilmu agama selama itu, malah membuatnya semakin 'bodoh’ dalam melihat aib dirinya sendiri dan ‘pintar’ melihat aib orang lain. Jika dilihatnya orang lain khususnya orang-orang yang dikenalnya melakukan aib menurut kadarnya, maka ia menjadi 'cerdas' dalam menganalisanya dan hati menolak untuk memakluminya, apalagi menutupi aibnya. Syahwatnya mendorong untuk menceritakannya kepada orang lain, maka sempurnalah kejahatannya. Tetapi bila dirinya yang melakukan aib, maka ia menjadi 'bodoh' dalam menganalisanya dan mencoba untuk memaklumi dan menutupi rapat-rapat. Persis seperti perkataan orang tua 'Kuman diseberang lautan tampak sedangkan gajah di pelupuk mata tidak tampak.' Semakin banyak seseorang mengetahui aib orang lain, maka semakin samar melihat aibnya sendiri dan berlaku sebaliknya jika aibnya sendiri tampak baginya, maka aib orang lain akan pudar.

Oleh karenannya, sikap yang bijaksana bila melihat aib sesorang adalah menganggap perbuatan itu dilakukannya oleh diri sendiri dan memberikan maaf serta memakluminya, tetapi jangan pernah memaafkan dan memaklumi aib sendiri. Tidak mungkin memberisihkan aib dengan lemah lembut, karena ia akan kembali lagi, tetapi bersihkan dengan sikap tegas dengan keras agar ia jera.

Jiwa manusia dicipta mempunyai potensi-potensi yang demikian, ditambah rasa amarah, hasrat, takut, syahwat, alpa, ragu dan syirik oleh sebab itu memeranginya (mujahadah) menjadi wajib hukumnya bagi orang-orang yang mengaku bertasawuf, untuk bisa memeranginya harus mengenal gerak gerik nafs, untuk bisa mengenal gerak geriknya, harus secara istiqomah selalu menilai diri sendiri bukan diri orang lain. karena mujahadah adalah kendaraan yang tepat untuk cepat sampai kepada terminal hati yang siap atau terbuka menerima limpahan musyahadah. Jika musyahadah diraih, maka segala sesuatu yang samar akan menjadi jelas. Kecerdasan spiritualnya digunakan untuk melihat aib dirinya sendiri bukan orang lain, lalu mengobatinya dengan pertaubatan yang teguh dan memohon kepada Allah SWT untuk menutupnya. Inilah tanda-tanda keberhasilan seseorang dalam mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.

Semoga Allah SWT memberi ampunan kepada kita semua.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.