Kamis, 23 Juni 2016

LEBARAN DAN KETUPAT

Bismillahir Rahmaanir Rahiim

Beberapa sahabat mengiringi Syaikhuna (semoa Allah merahmatinya) berziarah ke makam Sunan Kalijaga,ra. Dalam perjalanan menuju ke makam, banyak dijumpai kios-kios kecil yang menjual berbagai macam perlengkapan sholat dan wirid, tetapi ada juga yang menjual golok, pedang dan pisau. Setelah selesai melakukan ritual ziarah, Syaikhuna (semoga Allah merahmatinya) berhenti ditempat ini, lalu mengambil golok dan ditebaskan ke tangan kirinya. Ajaib, tangan beliau tidak terluka sedikit pun dan golok menjadi bengkok. Penjual golok tercengang, kagum, tetapi terlihat sedikit bingung lantaran goloknya bengkok. Untuk menyenangkan sang penjual, seorang murid membeli golok dimaksud dengan harga yang baik. Ditanya oleh murid-muridnya alasan mengapa beliau melakukan yang demikian, dijawab : ‘Kegagahan Sunan Kalijaga sangat terasa dan membias kedalam dada, maafkan saya.’

Jika rasa gagah atau ketinggian derajat seorang wali dapat dirasakan demikian hebatnya, maka ajaran dan gagasan serta wejangannya tentu dapat juga menggugah hati yang sedang kacau, namun berlaku bagi orang yang yaqin. Sebagai bentuk pengajaran untuk masyarakat jawa pada waktu itu agar selalu mawas diri (muhasabah) dan melakukan tindakan yang terpuji, adalah melakukan pendekatan secara budaya, sambil menyisipkan pokok ajaran Islam. Salah satu karya Sunan Kalijaga,ra., yang fenomenal namun terlihat sederhana, adalah perayaan setelah selesai melakukan puasa sunah pada bulan Syawal yang dimulai dari tanggal 2 hingga 7 (enam hari), dengan sebutan ‘Lebaran Ketupat’ atau dalam Bahasa jawanya disebut sebagai ‘Bakdo Tupat.’ Dinamai lebaran ketupat, karena makanan utamanya adalah ketupat yang diberi lauk pauk yang pada umumnya dibuat dari sari kelapa atau santan. Bahan ketupat terbuat dari beras dan dibungkus janur lalu di rebus lama. Beras berasal dari pohon yang selalu merunduk sebagai analogi tawadhu, sedangkan janur atau daun kelapa diambil dari akar bahasa Arab Ja'a nur (dibungkus cahaya). Yang maksudnya adalah bila seseorang sudah selesai menjalankan puasa wajib dan ditambah dengan puasa sunah serta mengakui segala kesalahannya (mujahadah), maka hatinya akan seperti kupat yang dibelah, putih, bersih dan bercahaya.

Ternyata makna kupat adalah inti sari dari tasawuf, yaitu mengenal diri atau mengakui kesalahan-kesahalan diri yang dalam Bahasa jawa disebut ‘ngaku lepat’ yang disingkat menjadi ‘kupat’ atau dalam Bahasa Indonesia disebut ‘ketupat’. Di wujudkan dalam bentuk sungkeman sebagai penghormatan kepada orang tua, bersikap rendah hati, memohon keikhlasan dan ampunan. Saat ini menjadi populer dengan ucapan ‘mohon maaf lahir dan batin’ yang disampaikan kepada keluarga, tetangga, kerabat, sahabat dan teman saat berjumpa selepas selesai berpuasa satu bulan penuh. Sedangkan setelah mampu mengakui kesalahan ‘ngaku lepat’, disarankan melakukan empat tindakan atau dalam bahasa jawa disebut sebagai ‘laku papat’ yang disingkat menjadi ‘kupat’. Oleh karenanya kupat mempunyai dua makna, yakni ngaku lepat dan laku papat. Empat tindakan yang dimaksud adalah, yang pertama memohon maaf kepada setiap orang yang dikenal dan dijumpainya, yang kedua bersedekah atau zakat untuk kaum dhuafa, ke tiga menjaga tali silaturahim dan yang ke empat tidak mengulangi perbuatan yang tercela (Taubat), menjaga hati agar tetap bersih (Safa), menjauhi perkara yang diragukan (Wara) serta melenyapkan kedirian (Fana).

Ini adalah salah satu bukti bahwa Sunan Kalijaga,ra., atau para wali songo mengajarkan tasawuf di negeri kita dengan pendekatan budaya dan mendahulukan kasih sayang serta menjauhi paksaan. Demikian pula yang dilakukan oleh Sunan Giri,ra., dan Sunang Bonang,ra., dengan menggubah lagu daerah dan permainan rakyat yang berjudul 'cublak-cublak suweng dan lir-ilir serta tombo ati. Pendekatan yang demikian indah pada abad ke empat belas yang dilakukan oleh para waliyullah atau wali songo, dikatakan bid'ah dan sesat oleh kelompok tertentu yang baru lahir di abad ke sembilan belas, naudzubillah mindzalik tsuma naudzubillah mindzalik. Semoga Allah menuntun-Nya ke jalan yang lurus.

Demikian semoga ada manfaatnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.