Bismillahir Rahmaanir Rahiim
Perbuatan yang membuat seluruh amal menjadi sia-sia adalah menyekutukan Allah. Seluruh jenis dosa bisa memperoleh ampunan dari-Nya kecuali yang satu ini. Betapa menakutkan! Karena untuk melihat dan mengetahui perbuatan ini dibutuhkan ilmu yang tinggi, ilmu yang saat ini hanya dimiliki oleh para syaikh sufi.
Menyekutukan Allah bertingkat-tingkat jenisnya, ada yang jelas dan ada yang samar, ada yang bersifat lahir atau batin. Termasuk dalam perbuatan ini adalah menampilkan perilaku yang baik dihadapan orang lain (riya) agar mendapatkan pujian. Berdusta dalam ucapan atas sesuatu yang tidak ia perbuat, sesuatu yang bukan keadaan spiritualnya atau yang belum pernah ia alami. Mengucapkan kata-kata indah agar diagungkan oleh orang lain. Menceritakan kebaikannya kepada orang lain (sum’a). Lalu bangga terhadap amal-amal yang telah ia lakukan (ujub). Jika demikian adanya, adakah diantara kita yang telah terbebas dari tindakan ini? jawabnya 'tidak'. Oleh sebab itu, guru tercinta kita Syaikh Waasi Achmad Syaechudin (semoga Allh merahmatinya) menganjurkan agar selalu berkumpul dengan para ulama atau kepada orang-orang yang mempunyai ilmu yang cukup. Karena bagi seorang murid, guru bisa berfungsi untuk melihat perbuatan-perbuatan yang samar menjadi jelas, sehingga terlihat kesalahan dan kelemahan-kelemahan yang telah dilakukan.
Betapa sulit meng-esa-kan Allah se-esa-esa-Nya, walaupun sudah di-upayakan dengan banyak berdzikir dengan menyebut kalimat thoyibah, yaitu ‘Laa Ilahaa Illallaah’, tetapi tetap saja kemurnian tauhid sangat sulit diperoleh. Karena harus ada 'penghapusan' segala sesuatu selain Allah dari dalam hati, sedangkan perbuatan berupa 'penghapusan' adalah milik Allah bukan makhluk. Oleh karenanya, mohon ampunan dan pertolongan dari Allah SWT wajib dilakukan pada setiap keadaan.
Para sahabat yang tercinta, pernahkan kita melakukan muhasabah atau memeriksa diri sendiri terhadap hal diatas? Adakah penyesalan? Adakah upaya untuk memperbaikinya? Jika ditemukan jawabannya ‘ya’ maka bersyukurlah, karena itu merupakah karunia dari Allah yang sangat besar.
Jika demikian menjadi jelas, makna yang tersirat atas apa yang disabdakan oleh baginda Rasulullah,saw., bahwa tak seorangpun yang akan diselamatkan oleh amal-amalnya. Akan tetapi sebagai bakti kita, sebagai penghurmatan kita atas diciptakannya kita oleh Allah SWT, sebagai manusia yang didalamnya terdapat berjuta-juta keindahan dan kebaikan, serta potensi untuk mengenal dan mencitai-Nya, maka menjadi wajib hukumnya untuk melakukan riyadhah dan mujahadah terus menerus agar beroleh muysahadah, agar beroleh kejelasan-kejelasan, agar janji Allah SWT dalam hadis qudsi bahwasannya ‘Rahmat-Ku mendahului murka-Ku’ benar-benar tertanam didalam dada dan kita menjadi selalu berprasangka baik terhadap-Nya, karena Dia juga berfirman bahwa : ‘Aku bagaimana prasangka hamba-Ku.’
Demikian para sahabat, semoga Allah SWT menolong kita semua, amiiin.
Selasa, 07 Juni 2016
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.