Minggu, 12 Juni 2016

COBAAN ATAU MUSIBAH

Bismillaahir Rahmaanir Rahiim

Hampir semua orang bila menerima musibah menyebutnya sebagai cobaan, akan tetapi tidak demikian bila berupa tindak peribadatan yang berupa sholat malam, shodaqoh, puasa dan lain-lain. Mereka lupa bahwa peribadatan yang dilakukannya masih berupa harta sementara yang tersimpan didalam qolbi dan belum merupakan amal yang aman, karena selalu diintai oleh perampok (syaithon). Bukti bahwa syaithon selalu siap mencuri amal-amal ini adalah adanya dorongan untuk menceritakan amal kebaikan yang dilakukannya kepada orang lain begitu kuat, karena adanya harapan akan pujian agar dianggap dirinya sebagai orang yang ahli ibadah. Dorongan ini berlangsung terus menerus sampai seseorang bertekuk lutut, itulah ciri-ciri perbuatan laknatullah, syaithoon. Jika seseorang bisa lepas dari tipu daya ini, maka dorongan lain akan muncul sangat besar, yaitu berupa kebanggaan terhadap dirinya sendiri. Sehingga tindak peribadatan yang pernah dilakukannya akan berubah menjadi dosa bukannya kebaikan.

Orang yang selalu memeriksa dirinya sendiri (muhasabah) akan jelas melihat hal ini dan menjaga lisannya untuk tidak banyak berbicara. Karena setiap kata yang keluar dari mulut kebanyakan menjadi dosa bukan amal, disebabkan kendaraan suara atau kata-kata adalah hawa nafsu atau keinginan-keinginan akan pujian. Mengikutinya merupakan biang keladi robohnya bangunan keimanan. Bahkan yang mulia baginda Rasulullah,saw., melarang kita untuk banyak bicara dan bersabda bahwa letak keselamatan adalah ‘diam’.

Kata-kata itu tajam bagaikan pedang, bisa melukai dan membuat gembira pendengarnya, tetapi kebanyakan melukai dirinya sendiri. Oleh sebab itu, jangan gunakan pedang jika tidak terpaksa, simpan rapat-rapat didadalam gudang. Karena musuh bukan berada di luar melaikan berada di dalam diri sendiri. Takutlah akan bahaya lisan melebihi rasa takut terhadap pedang yang siap memancung leher. Orang yang bermujahadah lalu terbunuh oleh pedang orang akan mendapatkan pahala surga, sementara kejahatan lisan akan menyeret ke jahanam, kecuali jika Allah memberi ampunan. Semakin tajam pedang lisan, maka korban pertamanya adalah pemilikinya sendiri.

Semoga Allah SWT menolong kita semua, amiin yang Allah ya Robbal alamiiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.