Bismillahir Rahmaanir Rahiim
Yang mulia Syaikh Waasi' Achmad Syaechudin (semoga Allah merahmatinya) berkata : ‘Berdekatlah kepada seorang ulama, yang manakala engkau melihatnya maka Allah SWT di ingat.’ Wejangan ini mengingatkan kepada sebuah hadis yang mengatakan suatu ketika Hanzhalah,ra., sedang bersama Rasulullah,saw., dan berkata : ‘Ketika berada bersamamu, kemudian engkau mengingatkan tentang surga dan neraka, kami sekan-akan melihat keduanya dengan jelas. Namun, ketika kami beranjak dari hadapanmu, kami kembali sibuk dengan kehidupan dan istri kami, serta banyak lalai.’ Mendengar itu Rasulullah,saw., bersabda : ‘Demi Zat yang jiwaku berada di tangan-Nya. Wahai Hanzhalah, seandainya kalian selalu berada dalam keadaan seperti ketika bersamaku dan senantiasa mengingat Allah (dzikrullah), niscaya malaikat akan menyalami kalian di jalan-jalan dan di pembaringan kalian, Namun, sesaat, sesaat.’
Apa yang dirasakan oleh sahabat Hanzhalah,ra., dirasakan pula oleh murid-murid tarekat yang berdekat dengan mursyidnya, meskipun dengan kadar yang berbeda. Karena ulama adalah warosyatul anbiya atau pewaris para nabi, dan seorang mursyid ditengah-tengah muridnya bagaikan Rasulullah,saw., di tengah sahabat-sahabatnya. Ulama adalah orang yang menjatuhkan rasa hurmat dan patuh serta mengambil ilmu dari ulama terdahulu dan seterusnya bertingkat-tingkat (nuurun ala nuur) yang pada akhirnya sampai kepada Abu Bakar as Siddiq,ra., atau Sayyidina Ali bin Abu Thalib,ra., yang kedua orang agung ini meneguk air ilmunya langsung dari cawan kenabian, yaitu Rasulullah,saw. Atau dalam istilah tasawuf disebut sebagai golden chain atau ratai emas atau ahli silsilah, yang sekarang dikenal dengan sebutan mursyid atau pembimbing ruhani.
Yang dimaksud degan ‘berdekat’ adalah yang terhubung secara ruhani, meskipun phisiknya jauh, dalam dunia kesufian disebut sebagai robithoh. Abu Lahab dan Abu Jahl secara phisik berdekat dengan Rasulullah,saw., namun tidak terhubung secara ruhaniyah, maka mereka tidak dapat mengambil manfaat keimanan dan malah memusuhinya. Kisah, Abu Lahab menggenggam kerikil di telapak tangannya, dan bertanya kepada Rasullulah,saw., : ' Wahai Muhammad katakan, benda apa yang ada dalam genggamanku?.' Rasulullah,saw., diam lalu secara ajaib batu kerikil itu mengeluarkan suara yang didengar oleh Abu Lahab bahwa tidak ada tuhan yang aku sembah kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan Allah. Mendengar itu Abu Lahab tidak juga menyatakan ke imanannya, melainkan pergi sambil berkata bahwa Rasulullah,saw., adalah penyihir. Oleh sebab itu, melatih diri untuk selalu robithoh kepada guru, merupakan perbuatan riyadhah yang sangat bermafaat bagi kemajuan ruhani. Di karenakan secara spiritual akan tersambung kepada Rasulullah,saw., melalui mata ratai ahli silsilah tadi. Seorang ulama mengatakan bahwa dzikrullah yang disertai dengan robithoh bagi seorang murid kepada gurunya lebih baik 10.000X dari pada dzikrullah tanpa robithoh.
Cinta itu bersambut, tidak bisa dikatakan cinta manakala seseorang mengaku mencintai orang lain, tetapi orang lain itu tidak mencintainya. Demikian pula bila seorang murid mencintai gurunya tentu sang guru juga mencintainya. Cinta mempunyai tanda, salah satunya adalah dengan banyak mengingat dan menyebut-nyebut namanya yang disertai dengan taat atau disiplin dalam mengerjakan seluruh pekerjaan tarekat yang di ijazahkan kepadanya, terlepas sang murid berada dekat atau jauh secara phisik dari gurunya. Bila sudah demikian, robithoh yang dilakukan akan memperoleh saluran cahaya keruhanian yang besar, yang akan tersambung kepada Rasulullah,saw., melalui jalur para ahli silsilah secepat kedipan mata. Mustahil cinta dari seorang guru kepada muridnya diukur dari banyaknya pemberian materi, karena, siapapun bisa saja memberi materi, bahkan orang yang bukan murid atau bukan seiman sekalipun. Bisa jadi murid yang berada jauh ditengah hutan dan belum pernah memberikan materi, lebih dicintai oleh gurunya ketimbang yang lain.
Selepas melakukan khalwat selama 10 hari, Syaikhuna (semoga Allah merahmatinya) berkata kepada murid-muridnya : ‘Saya melihat kalian telah gigih melakukan peribadatan selama khalwat, khususnya dalam berdzikir kecuali robithoh.’ Ucapan ini sungguh menusuk dan menyayat hati, semua murid lengah, dikarenakan pelaksanaan khalwat di rubat dan posisi murid-murid bersebelahan dengan sang mursyid, menjadikan hal yang fundamental didalam beribadah yang berupa robithoh terlupakan. Hal ini merupakan bukti bahwa masih banyak murid-murid lebih mengutamakan bentuk ibadah yang berupa cabang dari pada yang pokok.
Demikian semoga ada manfaatnya.
Selasa, 28 Juni 2016
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.