Senin, 20 Januari 2014

BAIK DAN BURUK DATANGNYA DARI TUHAN

Bismillaahir Rahmaanir Rahiim

Wahai kekasih Tuhan
Aku telah memanggilmu berharap akan uluran tanganmu
Tuhan melarang, Tuhan melarang kalau kau diseru tidak menjawab

Memahami keimanan tentang baik dan buruk datangnya dari Tuhan tidaklah sederhana. Bila seorang bayi menyusu kepada bukan ibunya, tidak akan dikatakan sebuah kejahatan, akan tetapi jika pria dewasa yang menyusu, dapat dikatakan melanggar syariat agama. Yang satu untuk menghilangkan rasa hausnya dan yang kedua untuk memuaskan syahwatnya. Keinginan atau hasrat atau boleh dikatakan sebagai syahwat, adalah tentara jiwa. Karena adanya hasrat ini, maka Tuhan melarang mematuhi keinginan-keinginannya. Tidak mungkin Tuhan melarang manusia terhadap sesuatu yang tidak dihasratkannya, sebagai contoh : ‘Jangan makan tanah,’ atau ‘ Jangan makan api.’ Sebaliknya juga demikian, Tuhan memerintahkan manusia berbuat kebaikan, ketika manusia terhalang secara alamiah untuk melakukannya, sebagai contoh : ‘Berbagilah harta dengan faqir miskin,’ atau ‘kerjakanlah shalat dan puasa,’ karena berbagi harta, shalat dan puasa secara alamiah jiwa melakukan penolakan. Maka, agar perintah untuk melakukan kebaikan dan larangan melakukan kejahatan sah, mesti ada jiwa yang menolak kebaikan dan menghasrati kejahatan. Itulah karakter jiwa, marilah kita kenali dia dengan baik. Oleh karenanya Allah SWT berfirman : 'Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang.' (QS 12 : 59)

Allah SWT berkehendak atas kebaikan dan kejahatan, tetapi Dia hanya merasa senang oleh kebaikan dan tidak senang terhadap kejahatan, oleh karenanya Dia melarang kejahatan dan memerintahkan kebaikan atau dengan kata lain jika tidak ada kejahatan maka Dia tidak akan memerintahan kebaikan. Berarti manusia mesti menentang jiwanya atau berperang melawan dirinya sendiri atau dalam istilah tasawuf disebut sebagai ‘mujahadah’. Kesenangan-Nya atau ketidak senangan-Nya tidak akan sedikitpun merubah-Nya, karena Tuhan tidak akan pernah berubah, karena Tuhan akan selalu sebagai mana Tuhan ada-Nya.

Seperti seorang pembimbing ruhani. Dia menginginkan bahwa murid-muridnya tidak tahu apa-apa karena tidak mungkin mengajar murid yang ‘sudah tahu’. Meski demikian, seorang guru tidak senang apabila muridnya tetap tidak tahu apa-apa. Jika demikian, dia tidak akan mengajarinya. Demikian pula seorang dokter, ingin agar orang mengalami sakit apabila dia ingin mempraktikkan pengobatan. Karena mustahil baginya mempertunjukkan seni penyembuhan tanpa ada orang yang sakit. Meski demikian, dia tidak senang apabila orang tetap sakit, sebab jika demikian, dia tidak akan mengobati mereka.
Sama halnya, Tuhan ingin ada hasrat untuk melakukan kejahatan di dalam jiwa manusia karena Dia mencintai rasa syukur, ketaatan, hamba yang saleh, dan hal ini tidak mungkin terjadi, tanpa keberadaan hasrat seperti itu di dalam jiwa manusia. Menginginkan suatu hal adalah menginginkan segalanya yang berkesesuaian dengan hal itu, tetapi seseorang mungkin tidak akan menyenangi hal-hal pelengkap itu, karena seseorang dapat berusaha untuk menghapus dari jiwanya. Maka dapat dipahami mengapa Tuhan menghendaki kejahatan pada satu hal tetapi tidak menginginkannya dalam hal lain.
Singkatnya, menghendaki kejahatan adalah sesuatu yang mengerikan, ketika yang dikehendaki adalah kejahatan itu sendiri. Meski demikian, apabila menghendaki kejahatan demi kebaikan, maka kejahatan tidak lagi mengerikan. Allah SWT berfirman : 'Dan dalam qishaash itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu, Hai orang-orang yang berakal, supaya kamu bertakwa.' ( QS 002: 179). Tidak ada keraguan bahwa pembalasan dendam adalah kejahatan dan penghancuran atas bangunan Tuhan, tetapi hal itu baru sebagian dari kejahatan, sedangkan menahan seseorang dari upaya pembunuhan adalah kebaikan total. Menghendaki sebagian kejahatan karena menghendaki kebaikan tidaklah mengerikan. Tapi penolakan terhadap sebagian kehendak Tuhan adalah suatu kejahatan total.

Tuhan mengampuni segala hal, memaafkan segala hal, dan keras di dalam penghukuman. Dia tidak mungkin memaafkan dan mengampuni tanpa keberadaan dosa. Oleh karena Tuhan adalah Yang Maha Pengampun dan agar Sifat ini termanifestasikan, maka Tuhan menciptakan dosa. Menghendaki satu hal berarti menghendaki apa-apa yang sesuai dengan hal itu. Maka Dia memerintahkan kita untuk berbuat damai. Tetapi perintah untuk berdamai tidak memiliki arti tanpa adanya permusuhan. Itulah mengapa Tuhan selalu menciptakan segala sesuatu berpasangan, untuk memperlihatkan hanya Dia yang Ahad.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.