Senin, 08 Juni 2009

NGARIUNG

'Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan Dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. kamu Lihat mereka ruku' dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud[1406]. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, Yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya Maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah Dia dan tegak Lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar. (QS 048 : 29)

Kanjeng Nabi Muhammad,saw., manusia terbaik yang pernah Allah SWT ciptakan di alam semesta ini, dan tidak akan pernah ada lagi sesudah maupun sebelumnya, telah menggunakan sebagian besar masa kenabiannya untuk ngariung (‘berkumpul’) dengan para sahabatnya, khususnya kepada empat sahabat terdekatnya yaitu Abu Bakar as-Siddiq,ra., Umar bin Khatab,ra., Usman bin Affan,ra., dan Sayyidina Ali bin Abi Thalib,ra. Cahaya kenabian ini begitu dasyat, memendar dan menyelimuti ke empat sahabat ini yang menjadikannya orang-orang teristimewa diatas dunia ini maupun di akhirat nantinya, jadilah mereka hiasan di langit berupa bintang-bintang utama, sehingga Nabi Muhammad,saw., bersabda : ‘Sahabatku laksana bintang-bintang di langit, yang mana saja kalian ikuti akan menjadi penunjuk jalan.’. Tradisi ini berlangsung hingga kini, dilanjutkan oleh para pewaris Nabi saw., Khususnya oleh para masyaikh terdahulu, para syaikh pemangku rantai emas dari tarekat yang mutabaroh. Oleh karenanya, Hadrat Syaikh Waasi’ Achmad Syaechudin bin Aminudin (semoga Allah merahmatinya), berulang-ulang menekankan bagaimana pentingnya ‘ngariung’ antara murid dengan Syaikhnya yang merupakan tiang utama di dalam tareqat Qodiriyah wa Naqsyabandiyah.

Hadrat Syaikh Muhammad Bahauddin Syah Naqsyabandi,qs., berkata : ‘Cara kita adalah melalui ngariung, dan semua kebaikan bertumpu pada ngariung itu.’ Hadrat Syaikh menyampaikan bahwa siapapun yang menghadiri ngariung yang demikian, walaupun hanya untuk sesaat akan memperoleh kemajuan ruhani yang sangat besar. Kemajuan ini melebihi fadhilah beribadat nawafil selama tujuh tahun.

Begitulah hikmah ngariung dengan pewaris para nabi, sebagaimana besi yang berdekat dengan api, akan membuat besi menjadi bara api, sifat-sifat api akan berada pada besi itu, sehingga sulit membedakan antara api dengan baranya, karena keduanya memendarkan panas, namun besi adalah besi dan api adalah api. Semakin seseorang dekat semakin besar pula panas yang diraihnya. Untuk dapat menyerap cahaya agar terus bersarang di dalam dada ialah melalui kewaspadaan yang tinggi, memasang rasa hurmat, takzim, dan kecintaan. Siapa-siapa yang didalam perhimpunan itu hatinya selalu tersambung dengan Syaikhnya, tidak merasa gagah dihadapan Syaikhnya, maka cahaya itu akan membinasakan dan mencabut akar-akar pemujaan terhadap diri sendiri yang merupakan syirik yang tersembunyi. Semua murid telah sepakat, bahwa dengan menghadiri ngariung bersama dengan Syaikhnya maka keluh kesah, was-was, atau sesuatu yang membelenggu hati akan lenyap.

Syaikhuna (semoga Allah merahmatinya) menerangkan bahwa tanpa ngariung bersama-sama dengan Syaikhnya adalah sukar bagi seorang murid menangkap tipu daya dan permainan hawa nafsu. Seorang murid haruslah mempunyai kesadaran yang terus menerus bahwa nafs itu selalu mengajak kepada kejahatan, dengan mudahnya ia memalingkan perhatian hati kepada yang selain Allah. Dengan ngariung bersama-sama dengan Syaikh, maka nafs dan tipu muslihatnya mudah dikenali dengan pasti, karena ada cahaya kewalian yang singgah kedalam dada, yang tadinya gelap atau samar menjadi terang benderang. Bahkan penyamaran nafs akan diketahui, Syaikh akan menolong muridnya dengan menelanjangi kegiatan nafs yang sedang bergejolak didalam dada murid-muridnya. Sehingga murid akan memperoleh kesadaran bahwa nafsnya adalah penasehat yang jahat, dan haruslah diperangi di setiap kesempatan.

Di Konya, Turkiye, Syaikh tertunduk sedih setelah mendengar informasi bahwa yang hadir dalam pengajian di Bogor berkurang setengahnya, beliau pernah berkata bahwa : ‘Yang mengaji bertambah banyak akan tetapi yang bertasawuf semakin sedikit.’ Sesungguhnya tidaklah berkurang sedikitpun barokah yang didapat menghadiri sebuah mejlis dzikir tatkala Syaikh ada ataupun tiada, karena hakikatnya Syaikh akan selalu ada. Selama majlis dzikir tersebut dihadiri oleh para salik yang semata-mata kerana Allah, lalu menyambungkan qolbunya hanya kepada qolbu Syaikhuna (Robithoh), majlis tersebut akan mendapat natijah yang sama tatkala mereka bersama-sama dengan Syaikh. Karena selama berlangsungnya majlis itu, maka bisa saja salah seorang murid menjadi saluran inspirasi yang datang daripada syaikh. Para salik yang merasa lebih senior tidak diperkenankan berburuk sangka kepada individu yang memperoleh inpirasi yang datang langsung daripada Syaikh, semua harus memasang rasa takzim dan hurmat kepada individu tersebut. Seperti Baginda Rasulullah,saw., tatkala tidak dapat menghadiri majlis, baginda senantiasa menugaskan seseorang sahabatnya sebagai wakil. Karena di dalam sebuah majlis seseorang mesti berbicara dan yang lain mendengar, dengan cara begini semua akan diberkati oleh Allah. Sekiranya yang berbicara lebih dari seorang, atau dibuka kesempatan untuk melakukan perdebatan, maka tidak akan bermanfaat sama sekali untuk perkembangan peningkatan keruhanian – maka hati tidak akan menjadi sejuk.

Karenanya, bilamana Syaikh telah menunjuk seseorang untuk memimpin sebuah majlis, maka kita semua seyogyanya patuh dan mendengar dengan khidmat, karena yang bersangkutan menerima secara langsung inspirasi dari Syaikh, yang mana hati Syaikh itu selalu berhubungan dengan Allah, Swt. Dengan demikian Allah, Swt akan membantu individu yang mewakili Syaikh tadi, dan akan mencurahkan ilmu dari Lautan Rahmat, Barokah dan Karunia-Nya. Melalui keseriusan dalam majlis dan menjatuhkan rasa takzim kepada individu tersebut yang mewakili Syaikh dalam menyampaikan pembicaraan, maka para salik yang hadir akan mendapatkan natija dan pencerahan qolbu serta petunjuk dalam ‘perjalanannya.’

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.