Kamis, 11 Juni 2009

MAQOM & HAL

Bismillaahir Rahmaanir Rahiim.
Allah SWT berfirman : ‘Tiada seorangpun di antara Kami melainkan mempunyai kedudukan (maqom) yang tertentu.’ (QS 37 : 164)

Didalam al Qur’anul Karim banyak dijumpai perintah Allah SWT yang ditujukan kepada orang-orang yang mengaku beriman. Sebagian perintah-Nya diwajibkan dan sebagian yang lainnya tidak wajib (sunat). Yang wajib masuk kedalam rukun Islam yang lima dan pada rukun Iman yang enam serta pada Ikhsan (Jika beribadah seolah-olah merasa melihat Allah SWT atau jika tidak mampu, seolah-olah merasa dilihat oleh Allah SWT). Sedangkan yang tidak wajib (sunat) sangat banyak jumlahnya, antara lain tentang, taubat, sabar, qona’ah, wara, taqwa, tawakal, zuhud, tawadhu, mujahadah, syukur, jujur, berdoa, berdzikir, sholat malam, ikhlas, ridha, dan lain sebagainya. Jika ayat-ayat al Qur’an sehubungan dengan perintah yang tidak wajib (sunat) dituangkan disini, maka tulisan ini akan penuh karenanya. Oleh sebab itu dipersilakan para sahabat mencarinya sendiri.

Pada umumnya orang awam akan merasa senang bila telah melakukan kewajiban sholatnya, merasa lega tatkala berbuka puasa, tapi nyaris tidak ada yang memeriksa kualitas batiniyahnya. Secara dzahiran sholat dan puasa memang mudah dilakukan, karena sholat adalah ibadat yang melibatkan gerakan-gerakan badaniyah, dan puasa menahan diri dari lapar dan haus. Tetapi apakah menjaga hati berpaling dari yang lain telah dilakukan tatkala sholat dan puasa? Padahal semua kualitas peribadatan terletak pada keadaan batiniyah bukan pada gerakan badaniyahnya. Anak kecil pun mampu melakukan peribadatan-peribadatan yang menggunakan badaniyah, tetapi tidak demikian bila melibatkan batiniyah, karena hal ini melibatkan latihan yang gigih dalam berperang melawan hawa nafsu atau menafikan keinginan-keinginan diri. Nah, cara-cara seseorang untuk memperbaharui keimanannya, mencapai keadaan ikhsan, mencapai keadaan batiniyah yang sempurna, hanya bisa ditemui dalam pengajian tarekat. Tahap demi tahap akan diuraikan secara rinci oleh seorang mursyid bagaimana kaifiat yang jitu untuk mencapai kedudukan tersebut. Tahapan-tahapan didalam mencapai suatu keadaan disebut ilmu maqom-maqom. Doktrinnya mudah, seseorang wajib patuh dan bersungguh-sungguh dalam mengerjakan peribadatan atas perintah gurunya, syaikhnya atau mursyidnya dan terus menerus sepanjang kehidupannya berperang melawan hawa nafsunya.

Perjalanan dari taman Cibodas menuju puncak Surya Kencana Gunung Gede ada beberapa pemberhentian yang sudah umum dikenal oleh para pecinta alam, antara lain telaga warna, air terjun cibeurem, air panas, kandang batu, kandang badak, dan seterusnya. Untuk mencapainya haruslah ada tekad yang kuat, wajib ada pembimbing agar tidak tersesat, membawa perbekalan yang cukup dan fisik yang memadai. Demikian pula berlaku bagi penempuh jalan spiritual, ia memerlukan niat yang suci dan tekad yang kuat, wajib dibimbing oleh seorang syaikh atau mursyid, membawa perbekalan berupa kepatuhan dan kesabaran serta mempunyai fisik yang kuat guna melakukan latihan-latihan peribadatan yang berkualitas. Tidaklah sah bagi seseorang menguraikan sesuatu yang berkenaan dengan keadaan di air terjun cibeurem bilamana ia belum pernah berada disana, walaupun ia mengetahui dari mendengar cerita kawan-kawannya atau dari membaca buku. Nah, pengajian tasawuf berpegang kepada prinsip ini, sebuah prinsip yang berpegang kepada ayat al Qur’an : ‘Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan yang tidak kamu perbuat. Amat besar kebencian disisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.’ (QS. 61 : 2 – 3).

Seseorang yang sedang berdiri di air terjun Cibeurem sah hukumnya menguraikan dengan detail apa-apa yang dilihatnya dan mengungkapkan suasana hatinya, juga bagi orang yang telah melewatinya atau bagi yang sudah berada di puncak Surya Kencana. Kedudukan atau keberadaan seseorang di salah satu pemberhentian ini atas upayanya sendiri, dalam dunia tasawuf, atau ilmu kesufian, disebut maqom. Maqom adalah ketegaran didalam memenuhi hak-hak Allah SWT buah dari upayanya yang gigih atau bersungguh-sungguh dengan niat yang bersih (suci). Seseorang akan memperoleh manfaat dari setiap maqom yang ia duduki, berupa terbukanya hijab-hijab sehingga diperoleh kejelasan-kejelasan. Diperolehnya karunia dari Allah SWT berupa rasa gembira atau sedih, rasa rindu, rasa lapang atau sempit, rasa takut atau harap, dan lain sebagainya, seperti yang dirasakan oleh pejalan tatkala ia tiba di air terjun Cibeurem, ada rasa haru dan gembira yang menghapus lelah dan keluh kesah dalam perjalanannya, dalam ilmu kesufian disebut ‘hal’. Tidak ada maqom yang tidak dimasuki hal, dan hal hinggap kedalam hati sekilas seperti kilat menerangi malam, atau guntur membelah bumi. Maqom pada awalnya adalah sebuah upaya sedangkan hal adalah karunia Allah SWT yang datang dan pergi atas sekehendak-Nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.