Tidak ada sesuatu apapun yang dapat memimpin, membimbing atau bahkan menyeret manusia sebagaimana yang dilakukan oleh angan-angan kosong (wahm). Inilah yang membuat manusia tidak pernah merasa puas atau menjadi tamak. Maksudnya begini selain Allah itu wahm, manusia ini hakekatnya jelmaan Sifat dan Asma Allah atau shurotul Haq, apabila manusia melakukan sesuatu bukan untuk Allah, berarti memandang ada selain Allah, padahal itu wahm, itu penyakit. Mengapa bisa demikian, karena di dadanya, di hatinya belum ada hakikat yang masuk ke dalamnya, yang berupa anwar, asror, maqomat, akhlak, atau apalah namanya, jadi tidak punya alat untuk melihat hakikat, maka yang dia lihat itu dianggap semuanya ada, padahal tidak ada. Persis seperti yang disabdakan oleh baginda sayidina Muhammad,saw, bahwa ‘'Annaasu niyamun fa'idza matu intabahu, sesungguhnya semua manusia ini tidur dan ketika mati baru bangun.” Maka jangan heran manakala ada seorang sufi yang mengatakan bahwa istrimu wahm, anakmu wahm, engkau berbuat untuk istri berarti untuk wahm, seharusnya untuk Tuhannya istri, untuk Tuhannya anak, untuk Tuhannya suami, barulah tidak wahm. Tipis sekali perbedaannya, hanya perlu memindahkan kecondongan hati, atau dalam istilah tasawuf dikatakan sebagai tawajjuh atau mudhoha. Apabila seseorang memiliki atau mempunyai hakikat di dalam dirinya, barulah condongnya hati ke hakikat dan bukan wahm. Apabila manusia mempunyai sifat-sifat mulia, anwar, tawakal, wara, kemudian qonaah, maka hilang sifat tamak, karena dia tawakal kepada hakikat, menerima apa yang diberikan oleh Pencipta. Maka gugur dihatinya hubungan kepada makhluk dan tidak kepada rezeki melainkan kepada Ar-Rozak, sehingga dikatakan orang yang ragu akan rezekinya berarti dia ragu kepada yang Maha Memberi Rizky.
Ironis, manusia mengejar sesuatu yang dianggap besar padahal hakitkatnya tidak ada atau wahm, lalu berputus asa pula disaat tidak memperolehnya. Maka manusia yang seperti ini disebut sebagai hamba wahm. Oleh karenanya untuk bisa sebagai manusia yang merdeka dan bukan hamba sahaya putuskan harapan dari angan-angan atau lepaskan harapan dari yang tidak ada. Dimasa perang, orang munafik menggoda istri-istri sahabat Rasulullah,saw, dengan mengatakan ‘Bagaimana bisa engkau membiarkan suamimu ikut perang, jika engkau menjadi janda siapa yang akan memberimu makan dan anak-anakmu?’ Dijawab : ‘Benar mereka yang memberiku makan, tetapi Allah yang memberi rizky.’ Orang yang merdeka dari segala sesuatu selain Allah, akan merasa ada dan tak ada sama saja, oleh sebab itu apabila orang tamak kepada sesuatu berarti dia hamba sesuatu itu, jika dia putus asa dari sesuatu itu berarti dia merdeka. Nah, kita ini sebetulnya hamba siapa dan merdeka dari siapa? Jika berharap kepada selain Allah dan putus asa dari Allah, berarti kita bukan hamba Allah melainkan hamba wahm, berarti kita selamanya tidur dan tidak pernah bangun, sebagaimana yang dikatakan baginda sayidina Muhammad,saw, : ‘'Annaasu niyamun fa'idza matu intabahu, sesungguhya semua manusia itu tidur, ketika mati baru bangun.”
Semoga ada manfaatnya wallahualam bisawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.