Rabu, 29 Januari 2020

ALAM MALAKUT

Bismillahir Rahmaanir Rahiim

Dunia kesufian banyak melahirkan istilah-istilah baru yang hanya bisa dipahami oleh orang-orang yang menyelam didalamnya. Meskipun sumbernya satu tetapi istilah-istilah dimunculkan oleh para syaikh sufi untuk memudahkan pemahaman kepada murid-muridnya. Dasarnya adalah Al Qur’an, Al Hadist dan kasyab. Seperti para pengikut tarekat Qodiriyah yang nama ini berasal dari tuan guru yang sangat dihormatinya yaitu Sayyid Abdul Qadir al Jilani,qs, (1077–1166 M), mereka mempunyai kitab rujukan yang berasal dari wejangan-wejangannya, termasuk tafsir al Qur’an yang bercorak tasawuf dan diberi nama tafsir al Jilani. Kemudian di abad empat belas keturunan beliau yang bernama Syeikh, Abdul Karim ibn. Ibrahim Al jaili,qs, menulis kitab yang fenomenal berjudul Insan Kamil sebagai tafsir surat al Iklash. Kitab ini tidak mudah dipahami, paling tidak harus disyarahkan oleh para mursyid. Kitab ini menjelaskan pengenalan Allah secara menurun (tanazul) dimulai dari Ahadiyah sampai Insan Kamil. Oleh karenanya, manusia berupaya mengenal-Nya melalui proses sebaliknya atau menaik (tarroqi). Di usia muda, beliau pernah mengaji kepada Syaikh. Bahauddin Syah Naqsyabandi,qs. Meskipun beliau penganut tarekat Qodiriyah, namun istilah-istilah dalam bukunya itu lebih condong kepada istilah yang digunakan oleh Imam Ibn. Arabi,qs. (1165-1240 M).

Begitu pula di pengajian kami, meskipun yang diajarkan adalah manhaj dari tarekat Qodiriyah wa Naqsyabandiyah, tetapi kitab-kitab yang dibahas oleh guru kami tercinta Syaikh. Waasi Achmad Syaechudin (semoga Allah merahmatinya) bukan saja kitab rujukan tarekat ini, melainkan kitab-kitab dari tarekat lain, seperti kitab al Hikam karya Syeikh Ibnu Athoilah,qs, dari tarekat Sadziliyah, kemudian kitab Al Luma, Qutul Qulub, Kasyful Mahjub, kitab-kitab karya Imam Rifai,qs, dan lain sebagainya. Oleh sebab itu banyak istilah-itilah yang berbeda-beda tetapi mempunyai makna yang sama.

Dalam tausyiahnya, guru kami sering menyebut alam malakut terkadang disebut sebagai alam kesucian atau alam yang bisa dihuni oleh manusia dengan tingkat kesucian setara dengan malaikat. Hal ini harus dipahami sebagai istilah-istilah untuk lebih memudahkan pemahaman, inilah pembicaraan orang dewasa dalam beragama, kita harus arif dalam mencari keterangan akan hal ini, agar tidak salah memahaminya, karena alam malakut adalah salah satu pemberhentian yang mesti disinggahi atau dilalui oleh para pejalan atau murid guna wushul kepada Allah SWT.

Imam Ibnu Arabi,qs., mengatakan bahwa alam semesta ini terjadi dari berbagai unsur, maka disebut sebagai alam besar atau macro cosmos, keseluruhan alam semesta ini ada pada diri manusia, namun dalam ukuran kecil atau disebut sebagai alam kecil atau micro cosmos, Oleh sebab itu istilah alam malakut jangan diartikan seperti sebuah alam yang dihuni oleh banyak makhluk, melainkan manusia yang ruhaninya dihuni oleh sifat-sifat mahmudah atau maqomat ruhiyah. Salah satu ciri seseorang yang berada pada tahapan alam malakut adalah selalu menghidupkan malam dengan beribadah. Di dalam hatinya terisi akhlak mulia atau hakikat Muhammadiyah ada sifat-sifat Allah yang terpuji yang telah Allah anugerahkan menjadi sifatnya. Artinya sifatnya yang membangunkan dan menghidupkan malam, hakekatnya adalah Allah. Syaikh. Waasi Achmad Syaechudin (semoga Allah merahmatinya) pernah berkata bahwa dengan beribadah atau menghidupkan malam akan selaras dengan alam semesta, maksudnya adalah akan mendapat energi yang meleburkan dan menguasai empat pilar unsur tubuh manusia, yaitu unsur air, tanah, udara dan unsur api. Denganya tubuh ini terhindar dari pengaruh lemas, malas, kurang bertenaga dalam urusan kebaikan, karena tubuh itu adalah nafsu, yang terdampak dari banyak makan, tidur, bergaul yang mengakibatkan keseimbangan fisik terganggu. Maka menghidupkan malam adalah sentral untuk menyeimbangkan atau melaraskan ke empat unsur dalam tubuh ini. Pada saat itulah hatinya melihat alam malakut, karena terdapat sifat-sifat mulia di dalam batin. Semua orang mempunyai sifat mulia yang disebut fitrah itulah alam malakut, namun tertutup oleh kesombongan, pikiran yang salah, dan diperbudak oleh kesenangan atau nafsunya. Hawa nafsu menutupi alam malakut, melawannya adalah suatu kewajiban, dengan dawamudz dzikri wadawamun ubudiyah.

Semoga bemanfaat wallahualam bisawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.