Bismillaahir Rahmaanir Rahiim
Di tahun 2000 Syaikhuna (semoga Allah merahmatinya) memberikan hadiah empat buah lampu patromak kepada pemimpin pengajian di Lubuk Linggau yang tinggal ditengah hutan belantara. Di gubuk mungil itu, tinggal dua sosok manusia yang patuh terhadap perintah gurunya, yakni Ustadz Amir dan Ustadz Marwan, yang harus mengajak orang-orang disana untuk taat terhadap perintah Tuhan Penguasa semesta alam, membuka taman-taman daripada taman surga (kholaqoh dzikir). Wajah mereka tampak pucat namun memancarkan kegembiraan yang luar biasa. Salah satunya telah meninggalkan keluarga dan anak-anaknya, demi agama, demi patuh dan hurmat terhadap perintah guru yang mereka cintai. Murid-murid yang mengiringi Syaikh berkunjung kesana bertanya-tanya, mengapa Syaikh memberikan lampu patromak bukannya sandang dan pangan yang sangat dibutuhkan? Patromak adalah lampu penerang terbuat dari logam, yang bahan bakarnya adalah minyak tanah, ada kaca mengelilingi pada setiap sisinya, ada pompa yang berfungsi untuk menciptakan tekanan, dan bahan putih tipis yang tepat berada ditengah-tengah, sebagai inti karena dapat bercahaya. Untuk memancing agar bahan putih tipis itu bercahaya, maka diperlukan bahan bakar berupa spritus dan dinyalakan dengan api terlebih dahulu, barulah uap minyak tanah naik, atas dasar tekanan dari pompa, dan membuat cahayanya lebih kuat. Untuk menjaga agar cahayanya tidak meredup, harus dipompa secara berkesinambungan dengan ukuran yang pas dan dengan kualitas minyak tanah yang baik pula. Jika lampu patromak ini ditempatkan disuatu lobang di dinding rumah yang tidak tembus sampai kesebelahnya, maka hal ini persis seperti analogi yang terdapat pada ayat al Qur’an yang berikut : ‘Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya), yang minyaknya (saja) Hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu.’ (QS 024 : 35)
Sepuluh tahun kemudian, terjawab sudah pertanyaan dari murid-murid Syaikh yang bertanya-tanya tadi. Ustadz Marwan telah berhasil membuka Kholaqoh Dzikir di Palembang, sedangkan Ustadz Amir sebagai pemimpin pengajian di Lubuk Linggau. Mereka disertai oleh masing-masing delapan puluh tiga pengikutnya berziarah kepada Syaikhuna, sekaligus turut memperingati Mawlid Nabi,saw., dan Khaul Tuan Syaikh Abdul Qodir al Jailani,qs., 1431 H. Semua orang terpesona menyaksikan perilaku yang sangat indah, yang telah lama hilang dari dunia ini. Tidaklah murid-murid itu berani berjalan, makan bahkan berbicara mendahului pemimpinnya. Mereka menundukkan kepala sambil terus mewaspadai dzikir-dzikirnya, senyumnya mengubur keletihannya. Madu, beras dan airmata kerinduan dipersembahkan kepada Syaikhnya, kejadian ini mengguncangkan alam sekitarnya, langit menjadi redup, pepohonan turut merunduk, dan burung-burungpun menghentikan kicauannya, sebagai tanda hurmat atas rombongan yang istimewa ini. Makhluk-makkluk ciptaan Tuhan yang tidak terlihat, melantukan shalawat bagi mereka, memohonkan ampunan kepada Tuhan bagi rombongan ini, meskipun saat itu tamu-tamu yang hadir sedang menikmati acara Mawlid dan Khaul. Sungguh menakjubkan, bermula dari empat buah patromak, telah menetas menjadi begitu banyak patromak-patromak berjalan, menerangi alam semesta ini menembus sampai alam-alam ghaib. Semoga saja, dihari Perhitungan nanti, tangan-tangan yang bercahaya itu berkenan menggandeng tangan-tangan yang berlumuran dosa seperti kita ini, Amiin yaa Allah yaa Rabbal Alamiin.
Sungguh teramat tajam penglihatan seorang Syaikh itu, patromak dari tengah hutan telah menerangi alam semesta ini, sebuah batu yang ditanaman didepan gubuk telah menjadi Masjid. Perjalanannya melalui jalan yang berliku-liku melalui hutan belantara telah berubah menjadi kholaqoh-kholaqoh dzikir. Lalu ketika beliau berkunjung ke Palembang, memberikan isyarat-isyarat yang menggembirakan pula, tentunya menjadi pekerjaan rumah bagi para sahabat yang berada disana, untuk mengetahui apa hikmah perilaku dan perkataannya. Sungai Musi yang bermuara kelautan perlambang kebersatuan (jam), kapal dan ikan melambangkan rizki-rizki di dunia dan akhirat. Semua yang gelap akan terlihat bila ada cahaya, oleh karenanya Rasulullah,saw., selalu berdoa agar dikaruniai cahaya, seperti yang termaktub didalam doa cahaya yang masyhur itu. Para syaikh sufi melakukan meditasi (muroqobah) secara terus menerus terhadap ayat cahaya diatas, al hasil begitu banyak petuah-petuah indah yang meluncur dari mulut suci itu. Salah satunya adalah sebuah kitab yang masyhur, karya Syaikh Syihab al-Din Yahya al-Suhrawardi,ra., yang berjudul Hayakal al-Nur, dan surat dari Hadrat Sayyid Abdul Qodir al-Jailani,qs. sangking begitu indah dan sangat bermutu kandungan isinya, ada pejalan yang sampai 'wajd' atau 'ekstase' ruhani saat membacanya. Semoga Allah berkehendak memberikan kemampuan kepada kita, untuk dapat merenunginya. :
Sahabatku, hatimu adalah cermin yang kotor. Engkau harus membersihkannya dari tabir debu yang menutupinya. Hati ditakdirkan untuk memantulkan cahaya rahasia Ilahi. Ketika cahaya dari Allah (Yang) adalah cahaya langit dan bumi mulai menyinari bagian-bagian hatimu, pelita hati akan menyala. Pelita hati itu didalam kaca dan kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya). Kemudian didalam hati itu, kilat penyingkapan Ilahi akan memancar. Kilat ini berasal dari awan-guntur dari makna yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang banyak berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di timur dan tidak pula di barat, dan pancaran cahaya terhadap pohon pengungkapan itu begitu murni, begitu nyata sehingga ia menerangi, walaupun tidak disentuh api. (QS 024 : 35) Kemudian pelita pengetahuan menyala dengan sendirinya. Bagaimana ia tetap padam ketika cahaya rahasia Ilahi menyinarinya? Jika hanya cahaya rahasia Ilahi yang menyinarinya, langit malam rahasia akan menyala dengan ribuan bintang, dan dengan bintang-bintang (engkau) menemukan jalan(mu). (QS 016 : 16) Bukanlah bintang-bintang yang menunjuki kita, tetapi cahaya Ilahi. Sebab Allah telah menghiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang. (QS 067 : 5) Jika hanya pelita rahasia yang menyala didalam batin anda, sisanya akan datang secara sekaligus atau perlahan-lahan. Sebagiannya telah anda ketahui, sebagian lagi akan kami paparkan kepada anda. Bacalah, dengarkan, dan cobalah pahami. Gelapnya awan kelalaian akan diterangi oleh kahadiran Ilahi, kedamaian, dan keindahan bulan purnama yang akan terbit dari ufuk pancaran, Cahaya diatas cahaya, (QS 024 : 35) yang selalu terbit di angkasa, melalui garis edar seperti yang Allah tetapkan, hingga ia (QS 036 : 39) bersinar dalam keagungan di pusat angkasa, menyinari gelapnya kelalaian. Dan demi malam apabila ia telah sunyi. (QS 093 : 2) Demi waktu matahari sepenggalan naik, (QS 093 : 1) malam kelalaian anda akan menyaksikan terangnya sinar surya. Kemudian anda akan menghirup harum mengingat Allah dan memohon ampun diwaktu sahur. (QS 003 : 17) Kelalaian, dan menyesali masa hidup yang anda habiskan dalam tidur. Anda akan mendengar nyanyian malam menjelang pagi, dan anda akan mendengarnya berkata, ‘Mereka sedikit sekali tidur diwaktu malan dan diakhir-akhir malam mereka memohon ampunan. (QS 051 : 17-18) Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki. (QS 024 : 35) Kemudian melalui ufuk Akal Ilahi anda akan menyaksikan terbitnya matahari pengetahuan batin. Itulah matahari pribadi anda, karena anda adalah orang yang dibimbing Allah, lagi berada dijalan yang lurus, dan bukan orang-orang yang merugi. (QS 007 : 178) Dan anda akan memahmi rahasia bahwa tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malam pun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya. (QS 036 : 40) Akhirnya, tali itu akan diuraikan, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (QS 024 : 35) Tabir akan tersingkap dan tameng akan hancur, yang menunjukkan yang halus dari yang kasar, kebenaran akan menyingkapkan Wajah-Nya. Semua ini akan bermula ketika cermin hati anda dibersihkan. Cahaya rahasia Ilahi akan terpencar kedalamnya jika anda berharap dan memohon kepada-Nya, dari-Nya, dengan-Nya.
Senin, 05 April 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.