Minggu, 08 Agustus 2021

DOA DAN HIJAB

Bismillaahir Rahmaanir Rahiim

Alhamdulillah segala puji bagi Allah yang selalu memancarkan cahaya-Nya kepada manusia untuk menyaksikan perkenalan-Nya dengan cara yang sangat misterius. Sehingga tidak semua manusia mampu menterjemahkan hikmah yang terkandung dibalik bentuk perbuatan-Nya. Sesungguhnya Allah menghendaki bahwa manusia mesti menyaksikan bahwa semua yang terjadi pada dirinya adalah jelmaan dari kehendak (irodah) Allah. Sehingga manusia tidak merasa ada atau turut campur dalam mengurus kehidupan ini. Ilustrasi cahaya Allah itu seperti matahari yang menyinari segala seuatu di bumi ini, namun kita tidak membuka pintu dan jendela rumah ruhani kita, sehingga cahaya ini tidak masuk, yang menyebabkan didalam rumah ruhani kita selalu gelap dan tidak dapat membaca hikmah-hikmah kehidupan ini. Seperti kebanyakan manusia selalu melantukan doa akan tetapi yang terjadi adalah tertangguhnya waktu pengkabulan atas doa yang telah dipanjatkan, lalu berputus asa. Orang berdoa mengharapkan sesuatu yang sesuai dengan kebutuhannya, ada yang meminta diperolehnya harta benda dan ada pula yang memohon diperolehnya akhlak yang mulia atau nurullah atau sifat-sifat mulia Allah.

Manusia melakukan sholat, puasa, zakat dan haji bisa meniru orang lain, dan begitupun kita sejak kecil melakukannya dengan meniru, akan tetapi apakah bisa meniru sabar, ridho, khusyuk, wara dan kemudian tawakal? Jawabnya tidak bisa, padahal hal ini pun dituntut atau diperintahkan juga didalam Al Qur’an. Ini membuktikan bahwa Al Qur’an adalah pendidikan ruhani (tarbiyah ruhiyah) bagi manusia. Yang berarti bahwa kehidupan kita ini sejak kecil hingga mati sesungguhnya adalah tarbiyah dari Allah, namun kita ingin hidup sesuai dengan apa yang kita ingini bukan apa yang dinginkan Allah. Kita beri makan jasmani kita agar sehat namun kita diamkan ruhani kita atau kita tidak siapkan untuk dapat menerima pancaran cahaya dari Allah.

Manusia menghadapi musibah tetapi tidak mampu bersabar, meskipun sudah banyak sholat, puasa, zakat, dzikir, mujahadah, bergaul dengan ulama, katakan sudah masuk kelompok pengajian selama lima belas tahun, tetapi belum mampu bersabar juga. Orang tidak sabar berarti tidak punya sifat sabar, tidak ridho berarti tidak punya sifat ridho, pelit berarti tidak punya sifat dermawan, karena seperti mata tidak harus disuruh melihat otomatis akan melihat, karena mata mempunyai sifat melihat, begitu pula telinga yang mempunyai sifat mendengar maka otomatis akan mendengar tidak perlu disuruh. Maka apabila manusia mempunyai sifat sabar maka jika ditimpa musibah akan otomatis sabar dan tidak bertingkah yang aneh, tidak marah-marah tidak keluar dari mulutnya caci maki, melainkan hadir pemahaman bahwa musibah ini adalah perbuatan Allah dan merupakan ujian baginya. Penyakit buruk akhlaq itu berbeda dengan penyakit phisik, obatnya adalah tauhid, Allah, syuhud, tidak ada yang lain. Orang yang punya sifat sabar maka dijanjikan oleh Allah tanpa hisab, artinya tanpa mengikuti proses yang panjang di yaumil akhir.

Ditangguhkannya pengabulan doa agar manusia itu merengek, memohon, menangis itu disebut ilhah dan Allah menyenangi-Nya, dalam hadist Rasulullah,saw menjelaskan bahwa Allah ingin mendengar dari hambanya bahwa dirinya merasa perlu Allah, itu yang Allah inginkan, karena Allah berfirman dalam Al Qur’an : ”Antum al-fuqara ilallah, Kamulah yang memerlukan Allah,” (QS 35 : 15) bahwasanya Allah ingin mendengar suara hambanya dalam meminta dan jangan putus asa atas tertundanya dipenuhinya doa, Allah berfirman : “Ud’uni astajib lakum, berdoalah kepada-Ku niscaya akan Aku kabulkan.” (QS Al Ghafir : 60) Artinya tidak ada doa yang tidak dikabulkan, jika tidak, maka kita akan keluar dari kaidah aqidah bahwa Allah selalu menepati janji, karena yang menakdirkan doa adalah Allah. Orang tertimpa musibah lalu lahirlah keperluan, itu Allah yang buat agar hamba itu sendiri merasakan perlu kepada Allah, dan sesungguhnya Allah pasti mengabulkan-Nya, akan tetapi pengkabulannya ikut kehendak Allah bukan ikut kehendak kita, karena kita tidak tahu kemaslahatan kita yang sebenarnya itu, kapan dan apa, itu yang terkadang Allah ingin mengajarkan bahwa apa yang terjadi itu yang terbaik.

Sesuatu yang datang bukan dari keinginan kita itu dari Allah, padahal semua dari Allah, yang dimaksud bahwa kekuatan itu ada pada Allah, jika kamu pasrah kepada kehendak-Nya, maka beratnya pun Allah akan menangani, tetapi pada apa yang Allah pilihkan untukmu, bukan apa yang engkau pilihkan untuk dirimu, jadi jangan keluar dari apa yang terjadi pada diri kita, karena mungkin tidak terkabulkannya keinginan kita adalah yang terbaik, artinya mungkin saja kegagalan itu yang terbaik. Atau dalam istilah lain berarti di hijab justru itu lebih baik, ini kalau kita maknakan kepada makna tarbiyah ruhiyah, bahwa ditangguhnya waktu pemberian yang kita ingini, karena kita sudah melakukan ilhah dalam doa dan sebagainya, tidak membuat kita putus asa, karena Allah pasti menjamin, ijabah, pengkabulan doa itu, namun pada apa yang Allah kehendaki, artinya ketika Allah tidak menghendaki kita masih di hijab lagi, maka itu yang terbaik agar kita terus berusaha sungguh-sungguh dalam beramal, dan dawam. Coba bagaimana orang mau disingkapkan hijab tetapi dia belum takut kepada Allah, karena banyak peristiwa manakala seseorang disingkapkan hijab tetapi belum mempunyai rasa takut kepada Allah, maka akan menjadi dukun atau pengaku-ngaku nabi atau wali. Maka kita betul-betul harus terus berusaha mengikut kehendak-Nya, Allah berfirman dalam Al Qur’an : “Wa 'asā an takrahụ syai`an wa huwa khairul lakum, wa 'asā an tuḥibbụ syai`an wa huwa syarrul lakum, wallāhu ya'lamu wa antum lā ta'lamụn, Tetapi boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS Al Baqarah : 216) Artinya kita tidak tahu bahwasanya belum diijabahnya doa itu boleh jadi kebaikan, karena orang yang akan disingkapkan hijab adalah merupakan pemberian yang luar biasa ‘atho azim’ pemberian yang agung, mesti di terima oleh jiwa yang memang siap, oleh sebab itu Allah ingin siapkan kita untuk menerima yang agung, yang besar. Kapan dikabulkannya doa itu adalah Allah yang memilih bukan kita, berapanya, apanya, waktunya itupun Allah yang memilih, begitulah cara Allah mempersaksikan diri-Nya kepada kita atau dapat dikatakan begitulah cara mengenal Allah.

Wallahualam bisawab semoga ada manfaatnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.