Rabu, 17 Agustus 2011

NAMA TERAGUNG ALLAH

Bismillaahir Rahmaanir Rahiim

Bab ini masih berkenaan dengan adab, menjelang hari ke tujuh belas di bulan Ramadhon yang mulia Syaikhuna (semoga Allah merahmatinya) memerintahkan murid-muridnya untuk melakukan dzikir ataqoh, yakni menyebut kalimat Laa Ilaaha Illallaah sebanyak 70.000. Setelah beberapa hari belangsung, banyak murid yang belum menyelesaikannya karena kesibukannya masing-masing. Di pihak lain, ada murid yang minta izin untuk melakukannya sampai dua dan tiga kali. Murid yang mendengar langsung dari Syaikhuna, ada yang berkata ‘sungguh hebat sahabat-sahabat yang mempunyai kemampuan seperti itu.’ Lalu Syaikhuna bertanya kepada seorang murid : ‘Apakah engkau sudah menyelesaikannya?’ ‘Alhamdulillah, belum Syaikh’ jawab sang murid.

Ada sebuah kisah, ketika Syaikh Dzunnun Al-Mishri,qs., mengunjungi seorang yang sakit dan dijumpainya sedang merintih, beliau berkata : ‘Tidaklah tulus dalam mencinta-Nya, orang yang tidak bersabar menghadapi pukulan-Nya.’ Orang yang sakit itu berkata : ‘Tidaklah tulus dalam mencinta-Nya, orang yang tidak menikmati pukulan-Nya.’

Kisah yang lain, pada tahun 304 H hidup seorang syaikh yang sangat tampan di Rayy, bernama Yusuf Ibnu al Husain,qs, beliau menceritakan pengalaman safarnya kepada murid-muridnya lantaran beliau pernah menolak dan lari ke desa lain tatkala ada seorang gadis putri dari pangeran Arab yang sekonyong-konyong menyerahkan diri kepelukannya. Dalam mimpinya, beliau bertemu dengan Nabiyullah Yusuf,as, yang mempesilakan menduduki singasana yang didudukinya selama ini dan berkata kepadanya : “Allah telah berkata kepadaku ‘Wahai Yusuf, lihatlah! Engkau adalah Yusuf yang menolak Zulaikha. Dia adalah Yusuf yang menolak putri Raja Arab dan melarikan diri.’” Kemudian Nabiyullah Yusuf,as., menambahkan : ‘Di setiap zaman ada seorang wali. Dan wali zaman ini adalah Dzunnun al Mishri. Dia telah dianugerahi nama Allah yang teragung. Temuilah dia.’ Saat terbangun, Syaikh Yusuf,qs., dipenuhi oleh rasa kerinduan, lalu bergegas pergi ke Mesir untuk menjumpainya. Saat tiba di masjidnya Syaikh Dzunnun,qs, beliau memberi salam lalu duduk. Setelah satu tahun, Syaikh Dzunnun,qs, bertanya : ‘Darimana asalmu wahai anak muda?’ ‘Dari Rayy,’ jawab Syaikh.Yusuf.qs. Itulah percakapan selama menunggu satu tahun, lalu setelah berselang setahun berikutnya Syaikh Dzunnun,qs, bertanya : ‘Apa tujuan kedatanganmu, wahai anak muda?’ ‘Untuk menemuimu,’ Jawab Syaikh.Yusuf,qs. Selama setahun berikutnya Syaikh Dzunnun kembali tidak berkata apa-apa, akhirnya kembali bertanya : ‘Apa keperluanmu?’ ‘Aku datang untuk memintamu mengajarkanku nama Allah yang teragung,’ Jawab Syaikh.Yusuf,qs. Lalu Syaikh.Dzunnun,qs, berkata : ‘Seberangilah sungai Nil. Disebuah tempat ada seorang tetua, berikan bejana ini padanya, dan ingatlah apa saja yang ia beritahukan kepadamu.’ Syaikh.Yusuf,qs., pun mengambil bejana itu lalu pergi, dalam perjalanan, godaan menyerang hatinya, ‘Apa ini, yang bergerak-gerak didalam bejana?’ lalu dibukanya bejana itu dan seekor tikus melompat keluar dan melarikan diri, beliau diliputi oleh kebingungan, antara melanjutkan perjalanan atau kembali ke Syaikh Dzunnun,qs. Akhirnya diputuskan untuk melanjutkan perjalanan, dan bertemu dengan tetua disana, sambil tersenyum sang tetua berkata : ‘Engkau bertanya kepada Dzunnun tentang nama Allah yang teragung?’ tanyanya. ‘Ya!’ jawab Syaikh.Yusuf.qs. ‘Dzunnun melihat ketidak kesabaranmu, dan memberimu seekor tikus.’ Kata sang tetua. ‘Mahamulia Allah! Engkau tak dapat menjaga seekor tikus, lalu, bagaimana mungkin engkau bisa menjaga nama-Nya yang teragung?’

Didalam Al Qur'an banyak kisah-kisah yang sangat elok, agar pembacanya bisa mengambil sari tauladan darinya. Begitu juga didalam dunia kesufian, kisah-kisah dapat menghidupkan hati yang membatu dan mencontohnya sebagai adab yang terpuji didalam membina pergaulan di pengajian tarekat, agar para salik dapat mengendalikan keinginan-keinginan (nafs) yang tampaknya baik, jika seorang Syaikh telah memperintahkan untuk membaca wirid ‘Hasbunallah wanikmal wakil’, tidak perlu murid bertanya ‘mengapa tidak ditambah dengan kalimat yang lain?’ dan jika Syaikh sudah memerintahkan melakukan dzikir ataqoh satu kali, hormati dan patuhi! dengan melaksanakan sebaik-baiknya dan tidak perlu meminta tambah atau kurang, karena seorang Syaikh sangat mengetahui manfaat memberi minum satu gelas susu, dua atau tiga gelas dan belum tentu baik untuk sang salik yang dua atau tiga, biarlah Syaikh yang memilihkannya, beliaulah yang mengetahui keadaan lahir dan batin para salik, oleh karena kepiawaiannya itulah beliau mendapat gelar Pembimbing Ruhani, patuhi dan hormati, sebagai tanda cinta kepadanya.

Demikian para sahabat, semoga Allah meridhoi kita semua.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.