Jumat, 12 Agustus 2011

BUAH

Bismillaahir Rahmaanir Rahiim

Sudah sejak hampir delapan bulan tulisan ini tidak di up-date karena kesibukan dunia, maka merugilah orang-orang yang terpenjara oleh kesibukan dunia ini, dan beruntunglah orang-orang yang terpenjara oleh kesibukan agama. Nabi,saw, bersabda : ‘Barangsiapa menghabiskan waktunya untuk Allah, maka Allah akan mencukupi beban rezekinya dari tempat yang tidak disangkanya. Dan barangsiapa menghabiskan waktunya untuk dunia, maka Allah akan mempercayakannya kepada dunia.’ Yaa Arhamaar Rohimiin, kasihanilah kami.

Kerinduan mencekik karena yang mulia Syaikhuna (semoga Allah merahmatinya) pergi berziarah ke Mekkah dan Madinah. Wajah, perilaku dan kata-katanya terbayang pada setiap saat. Beliau sering berkata bahwa ‘talenta’ merupakan faktor utama seseorang dapat mencapai derajat yang tinggi dalam alam kesucian. Sebagaimana pada olah raga tinju, jika seseorang tidak bertalenta, maka meskipun ia berlatih secara keras, ia hanya akan mencapai tahap bisa bertinju namun tidak berprestasi. Oleh karena itu tugas utama pembimbing adalah mencari bibit yang ‘bertalenta’, kemudian membina secara baik dan berkesinambungan, barulah akan muncul petinju yang hebat. Syaikhuna (semoga Allah merahmatinya) sering berkata, ‘Siapa-siapa yang aktif latifahnya (sesuatu yang halus didalam dirinya), maka akan cerdas akal spiritualnya, namun wajib memasang kewaspadaan yang tinggi agar tidak terperosok.’ Wejangan ini sungguh elok dan butuh penjelasan, murid yang berkesinambungan dalam mengerjakan perintah gurunya, hatinya menjadi semakin cemerlang, kecerdasannya menjadi tajam dalam memahami masalah agama, namun tidak boleh lengah, karena pada setiap terbongkarnya penyakit hati akan muncul penyakit hati yang lebih dasyat dan lebih sulit dikenali. Penyakit hati yang bernama ‘riya’ gugur, tetapi bendera ‘ujub’ berkibar, merasa orang yang paling pandai menguasai dirinya, merasa orang yang paling dekat dengan Syaikh, ia akan merasa takjub terhadap dirinya sendiri atas pekerjaan dzikir dan shalat malam serta natija-natijanya dan kagum terhadap firasatnya yang menjadi tajam. Bahkan ia menjadi panutan murid yang lain dan sering membuat rencana untuk mempertemukan para murid dengan yang mulia Syaikhuna. Karena merasa sebagai panutan, maka rencana-rencananya ini dianggap penting oleh dirinya sendiri. Nah, disinilah syaithon ikut bermain, bendera ‘ujub’ dikibarkan lebih tinggi, dibisikkan rasa khawatir dan was-was bila rencananya gagal. Hasilnya, ia berani menentang perkataan yang mulia Syaikhuna (semoga Allah merahmatinya), meskipun di majlis dzikir sekalipun, naudzubillah mindzalik. Tanpa disadari ia telah terbelenggu oleh egonya, jerih payahnya selama ini menjadi sia-sia, kedudukannya (maqom-nya) terjun bebas, semoga Allah SWT mengasihi kita semua.

Murid tidak boleh lengah! patuh dan hormat adalah bukti cinta kepada Syaikh. Cinta adalah meleburnya sifat-sifat yang mencinta kedalam sifat-sifat yang dicinta, sebagaimana kayu ego yang habis terbakar oleh api cinta, tidak boleh ada sisa kayu ego, semua harus menjadi api, sehingga bila yang mulia Syaikhuna (semoga Allah merahmatinya) berkata bahwa 'Untuk menyambut bulan suci Ramadhon, maka pada hari jum’at depan tidak ada pengajian’, maka semua murid harus patuh, tanpa menentang sedikitpun, meskipun ia mempunyai segudang rencana yang baik menurut kadarnya. Murid yang menentang perkataan Syaikh, jauh dari kepatuhan dan hormat, meskipun ia menanam pohon riyadhah. Diriwayatkan oleh Anas Bin Malik,ra., bahwa seseorang bertanya kepada Rasulullah,saw., : ‘Wahai Rasulullah, siapakah diantara orang-orang beriman yang paling utama imannya?’ Beliau mejawab : ‘Yaitu mereka yang paling baik akhlaknya.’ Abu Bakar Al Kattany,ra., berkata : ‘Tasawuf adalah akhlak, barang siapa bertambah dalam akhlak berarti bertambah pula dalam alam kesucian.’

Buah dari ber-tarekat adalah akhlak yang mulia, bukan yang lain, oleh sebab itu Allah SWT memberikan pujian kepada Rasulullah,saw., karena ketinggian akhlaknya. Rasulullah,saw., bersabda : ‘Dengan akhlak yang baik, seorang laki-laki benar-benar memperoleh derajat tertinggi di surga, padahal dia bukan akhli ibadah. Dan dengan akhlak yang buruk, seorang laki-laki benar-benar memperoleh tingkatan terendah dalam neraka, padahal dia adalah akhli ibadah.’ Pekerjaan-pekerjaan tarekat, seperti dzikir, muroqobah, shalat-shalat sunah, wirid (aurad) dan shodaqoh adalah sarana, bukan tujuan. Tujuannya adalah ‘Liqo Allah atau berdekat dengan Allah’, untuk dapat mencapai liqo Allah adalah dengan banyak melakukan amal shaleh dan tidak menyekutukan-Nya, sebagaimana yang disebutkan didalam Al Qur'anul Karim. Nah, para syaikh sufi sepakat bahwa yang dimaksud dengan amal sholeh dan tidak menyekutukan-Nya adalah dengan mengerjakan pekerjaan tarekat tadi, dalam dunia kesufian disebut riyadhah, dengan demikian Allah akan menghias hati dan melimpahkan ilmu yang tinggi serta mempercantik akhlak orang itu, ia menjadi bermanfaat bagi makhluk lain dimanapun ia berada. Ukurannya adalah kepentingan dan keinginan dirinya gugur, yang diutamakan hanyalah kepentingan guru dan sahabat-sahabatnya. Sedangkan tanda kemunduran akhlak adalah, selalu mengutamakan dirinya dibanding guru dan sahabatnya. Harta bendanya banyak tetapi merasa susah hidupnya dan selalu berpura-pura susah dihadapan sahabat dan gurunya. Jika sudah demikian, maka ini merupakan bukti bahwa pekerjaan tarekat yang ia kerjakan tidak berbuah, ia hanya memperoleh keletihan pisik, ia tidak mengerti bahwa pedang karunia Allah atas pekerjaan tarekat adalah untuk membasmi alang-alang keakuan (mujahadah), bukan merasa bangga (ujub). Bilamana membabat alang-alang keakuan dilakukan secara berkesinambungan maka maqom demi maqom akan diraihnya, niscaya 'hal' atau ‘musyahadah’ insya Allah akan diperolehnya. Oleh karena itu Syaikhuna (semoga Allah merahmatinya) sering berkata bahwa 'talenta' menjadi faktor terpenting dalam alam kesucian.

Seorang ulama mengatakan bahwa mengutamakan orang lain (itsar) dan membantu orang lain adalah dua hal yang berbeda,yang pertama bila seseorang dalam keadaan membutuhkan, kemudian ia memberikan semua yang dimilikinya kepada orang lain, inilah yang dimaksud dengan akhlak mulia sebagai cerminan dari kelapangan jiwa dan kemampuan menanggung gangguan (tabah), sedangkan yang kedua bilamana seseorang dalam keadaan membutuhkan dan memberikan sebagian yang dimilikinya. Masih ingatkah ada sebuah khabar yang mengatakan bahwa seorang sahabat nabi,saw., menerima sebuah kepala kambing, karena ia melihat sahabat lain yang membutuhkan, maka ia memberikan semuanya, demikian seterusnya sahabat yang menerima memberikannya kepada sahabat yang lain, hingga sampai kepada sahabat yang pertama memberi. Para sahabat yang tercinta, kita berada dimana? Sekarang banyak masyarakat dalam keadaan sulit, marilah kita mengurangi porsi makan kita sebanyak satu, dua atau tiga suap untuk disedekahkan kepada mereka.

Imam Junayd,ra., pernah memuji murid dari Syaikh Abu Hafs Al Haddad,ra., karena begitu hebat akhlaknya, bukan karena banyak dzikir, shalat dan puasanya, namun yang utama adalah mujahadahnya, mengalahkah egonya, mementingkan keperluan sahabatnya, gurunya daripada dirinya. Imam Junayd,ra., berkata : ‘Sudah berapa ia menjadi muridmu?’ ‘Sepuluh tahun,’ jawab Abu Hafs. ‘Akhlaknya sempurna, ia benar-benar bermartabat, anak muda yang sungguh mengagumkan.’ Kata Imam Junayd. ‘Ya,’ ujar Abu Hafs. ‘Ia telah menghabiskan 17 ribu dinar uangnya untuk keperluan kami, dan telah meminjam 17 ribu dinar lagi juga untuk keperluan kami. Namun setelah semua itu, ia masih saja belum berani mengajukan satu pertanyaan pun kepadaku.’ Kisah ini sangat berbeda dengan keadaan kita, dizaman kini seorang murid terbiasa berani menelpon gurunya, padahal untuk kepentingan egonya, tidak peduli bahwa Syaikh sedang melakukan aktivitas yang tidak bisa diganggu. Banyak yang merasa bahwa dengan telah memberi sedikit sampah-sampah dunia, seolah-olah Syaikh sudah dimilikinya, bahkan berani memerintahnya! Naudzubillah mindzalik.

Demikian para sahabat, semoga Allah SWT mengampuni dosa-dosa kita dan setiap waktu mempercantik akhlak kita semua, amiiin Yaa Allah Yaa Rabbal Alamiiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.