Sabtu, 14 November 2015

PERSAHABATAN

Bismillahhirrahmannirahim

Rasulullah,saw., bersabda : ‘Tidaklah (sempurna) iman salah seorang di antara kalian sehingga aku lebih dicintainya daripada orangtuanya, anaknya dan segenap umat manusia.’

Pengajian tanggal 6 dan 13 Nopember 2015 membahas tentang persahabatan dari kitab Kasyful mahjub karya Imam Hujwiri,qs. Pengajian kali ini lebih indah dari pengajian sebelumnya.Persahabatan adalah berwujudan dari sebuah adab. Syaikhuna (semoga Allah merahmatinya) mengkaitkan antara persahabatan dengan sifat rahman atau sifat kasih dalam diri seseorang. Tidaklah mungkin persahabatan itu ada tanpa adanya sifat kasih diantara kedua belah pihak. Persahabatan adalah pertautan hati antara yang satu dengan yang lain, tidaklah mungkin persahabatan terjadi hanya satu pihak saja, Al Qur’an menyatakan demikian sebagaimana cinta dan ridha.

Persahabatan itu dibentuk bukan terbentuk dengan sendirinya, iman dan keyaqinan serta kasih sayang terpendam didalam jiwa yang ditemani oleh ego, dan ego ini selalu bertempur melawan kebaikan sampai akhir hayat. Selama ego ini dibiarkan keluar sebagai pemenang, maka tidak akan ada persahabatan. Diperlukan bimbingan untuk memerangi ego ini. Banyak orang yang terpeleset karena yakin bahwa untuk memeranginya tidak diperlukan seorang guru, tetapi dengan memurnikan dirinya sendiri dengan jalannya sendiri. Hal ini mustahil, tidak mungkin bisa menjadi dokter hanya dengan membaca buku. Perlu bimbingan dan latihan yang sungguh-sungguh untuk mencabut gigi sekalipun.

Tidak banyak orang yang memperoleh hidayah bahwa dalam dirinya ada sifat-sifat buruk yang selalu mengajak kepada kejahatan, dan tidak tahu bagaimana cara untuk mengatasinya. Tidak mungkin penyakit dalam tubuh bisa hilang hanya dengan membaca. Karena alasan inilah diperlukan seorang pembimbing atau seorang dokter. Syaikhuna (semoga Allah merahmatinya) berkata bahwa : ‘Sifat-sifat buruk pada seseorang dapat menular selayaknya penyakit, oleh karenanya bergaulah kepada orang-orang yang benar.’ Oleh sebab itu, beruntung benar orang-orang yang hidup bersama dengan para waliyullah, para pembimbing ruhani, mereka menyerap sifat-sifat yang ada pada dirinya. Mereka mengetahui dan memahami sifat-sifat manusia dan menunjukkan bagaimana cara menyucikan diri ini. Siapa pun yang duduk bersama mereka, maka akan menyerap karakter yang baik, menyerap kekuatan spiritual. Tanpa kekuatan ini, seseorang tidak mungkin dapat membedakan apakah inspirasi dalam hati yang datang dengan tiba-tiba itu baik atau buruk. Para pembimbing ruhani mempunyai wilayah untuk dapat mentransfer cahaya spiritual kedalam hati seseorang, guna membedakan apa yang memasuki hatinya. Nah, jika seseorang terus menerus menerima limpahan cahaya ini dari seorang guru, maka sifat-sifat buruknya akan tergantikan dengan sifat-sifat yang baik, maka akan tumbuhlah bibit-bibit kasih sayang dalam dirinya.

Syaikh abu Yazid al Bisthamy,qs., berkata : 'Bersahabatlah kalian dengan Allah SWT. Bila kalian tidak mampu, maka bersahabatlah dengan orang yang bersahabat dengan Allah SWT, karena bersahabat dengannya bisa menghubungkan kalian kepada Allah SWT, melalui berkat persahabatannya dengan Allah SWT.'

Orang yang datang kepada Syaikhuna (semoga Allah merahmatinya) banyak yang memohon untuk dapat dibimbing. Syarat utama untuk menjadi seorang murid yang baik adalah harus percaya, patuh dan hurmat. Maka secara cepat kepercayaan itu akan berkembang menjadi suatu keyakinan. Jika sudah demikian maka, persahabatan yang hakiki akan terbentuk dengan sendirinya. Kepentingan dirinya mulai pudar dan yang selalu diperhatikan adalah kepentingan sahabatnya, kecintaan kepada dirinya mulai sirna dan yang dicintainya hanyalah gurunya, inilah yang dimaksud dengan fana’u syaikh, inilah sebuah persahabatan yang hakiki. Sayyidina Umar bin Khatab,ra., pernah berkata : 'Wahai Rasulullah! Demi Allah! Engkau lebih aku cintai daripada Hartaku, keluargaku dan orang tuaku, kecuali dari diriku sendiri.' Rasulullah Muhammad,saw., menjawab: 'Tidak! Wahai Umar, bahkan aku harus lebih engkau cintai daripada dirimu sendiri.' Sayyidna Umar,ra., berkata: 'Jika begitu, Demi Allah! Engkau akan lebih aku cintai daripada diriku sendiri wahai Rasulullah!' 'Sejak sekarang,imanmu telah sempurna wahai umar!' Tegas Rasulullah Muhammad,SAW.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.