Bismillaahir Rahmaanir Rahiim
Rindu adalah akibat cinta, akankah terpuaskan dan sirna rasa rindu manakala berjumpa dengan yang dicinta? Ketahuilah, bahwa yang demikian itu adalah rindunya nafs, bukan rindunya qalbu. Tanda rindunya nafs adalah mencintai seseorang dari keindahan keadaan lahir, bukan karena ketinggian dan kecantikan batin, dan bukan dari hasil melakukan riyadhah dan mujahadah, melainkan dari dorongan syahwat. Rindunya nafs adalah milik orang awam, sedangkan rindunya qalbu adalah milik para mutashowif, ia tidak akan pernah puas meneguk segelas air lautan, melainkan sebanyak-banyaknya, bahkan ia ingin tenggelam didalamnya, rasa rindunya pun tidak sirna tatkala berjumpa dengan yang dicinta, bahkan ia akan menetap bersamanya. Oleh sebab itu, para murid yang berada pada tahapan rindunya nafs, akan terpuaskan manakala kebutuhan jawarihnya terpenuhi, seperti berbicara melalui telepon atau membaca sms atau bbm kepada yang dicinta. Sehingga api rindu cepat padam, bias kerinduan menghilang, akibatnya kupu-kupu pun hanya terbang kesana dan kemari, tanpa menangkap energi yang datang dari bias rasa rindu murid-murid kepada yang dicinta. Keadaan ini sangat berbeda dengan sebelas tahun yang lalu, pada saat itu banyak murid yang tercekik rasa rindu, yang tidak pernah bosan memandang dan merasakan keindahan akhlak, ketinggian kedudukannya, tatapan matanya menjadi hal khusus dan istimewa, bahkan banyak yang rela tidur dekat rubat untuk dapat merasa dekat, menangis dan menangis tatkala rindunya memuncak dan menangis tatkala berjumpa. Kejadian ini persis sebagaimana sahabat-sahabat Nabi,saw., yang mabuk rindu, mereka tinggal dan bediam diserambi rumah Nabi,saw., serambi yang mulia ini dikenal dengan sebutan 'raudhah'. Begitu mendengar rencana Syaikhuna ingin melakukan 'samad', maka serasa dunia runtuh, semua bersedih seakan tiada obat yang dapat mengobati perihnya hati ini, makan tidak enak dan tidur pun tidak nyenyak. Sehingga waktu yang tersisa digunakan sebaik-baiknya untuk dapat selalu berdekat dengan yang dicintainya, khawatir waktu samad akan segera tiba, artinya Syaikhuna akan ‘bermusuhan’ kepada seluruh muridnya, tanpa terkecuali. Oleh karena itu, energi rindu dan keinginan berjumpa begitu tinggi, yang menyebabkan banyak kupu-kupu menangkap energi yang hebat itu, lalu bercengkerama pada garis dari mana energi itu berasal dan menuju sasarannya, terbang dan hinggap di pepohonan sebagai wujud kegembiraan lantaran adanya energi kasih sayang yang tumbuh sedemikian hebatnya.
Syaikhuna (semoga Allah merahmatinya) pernah bercerita bahwa Abah Sepuh,qs., atau Syaikh Abdullah Mubarak,qs., ayah dari Abah Anom,qs., yang tersohor itu, biasa berjalan kaki berhari-hari dari Tasikmalaya menuju Cirebon, hanya untuk bertemu dengan orang yang sangat dicintainya, yakni Syaikh Tholhah,qs. Syaikhuna (semoga Allah merahmatinya) juga melakukan hal yang sama jika ingin bertemu dengan Syaikh Nuurunnaum Suryadipraja,qs., harus melalui hutan dan pematang sawah, kadang kala berpayung daun pisang untuk berlindung dari hujan, serta membawa obor yang terbuat dari bambu dan diisi minyak tanah manakala malam tiba. Itulah bukti cinta, yang tidak perduli apakah jauh jaraknya, apakah itu hujan dan panas, apakah itu dimalam hari, ia akan tetap mencari dan mencarinya. Berbanding dengan kondisi pada saat ini sungguh sangat menyedihkan, murid bisa menghilagkan rasa rindunya hanya dengan menggunakan sejenis logam yang diisi dengan berbagai macam chips, yang mereka sebut hp. Lalu kemana mujahadah? Bukankah kualitas amal itu bergantung kepada besaran mujahadah, sebagaimana yang dilakukan oleh para Syaikh terdahulu? Oleh karena itu, seseorang bisa menilai dadanya, apakah ia berada pada rindunya nafs ataukah rindunya qalbu.
Semoga keadaan seperti sebelas tahun lalu dapat terulang kembali. Semoga semua murid merasa bahwa orang yang paling dicintainya akan segera melakukan samad, sehingga rasa rindu selalu memuncak. Nah, bila seseorang beroleh rasa yang demikian, maka kualitas peribadatannya pun akan sempurna. Dilain pihak, kurangilah berbicara kepada Hadrat Syaikhuna menggunakan hp, jangan ber–sms dan ber-bbm, dengarkan petuahnya secara langsung, ambilah cahaya dari sumbernya, minumlah air dari mata airnya, mudah-mudahan yang demikian dapat membangkitkan rasa rindu, sebagaimana yang dirasakan oleh para sahabat yang berada digunung-gunung dan didesa terpencil. Sehingga kupu-kupu pun dengan berbagai macam kecantikannya dapat menangkap kembali bias energi kerinduan yang telah lama sirna.
Demikian para sahabat, semoga menjadi renungan bersama.
Sabtu, 17 September 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.