Senin, 11 Maret 2013

ADAB

Bismillaahir Rahmaanir Rahiim

Semua mengetahui bahwa tidak dibenarkan membaca surat yang panjang manakala menjadi Imam shalat, Rasulullah,saw., menyebutnya sebagai fitnah, karena jamaah yang shalat berbeda-beda kemampuan dan usianya. Para orang tua tidak mampu lagi berdiri berlama-lama, maka bila bacaannya terlalu panjang akan mengakibatkan keluh kesah dalam hatinya bukannya dzikir, oleh sebab itu disebut sebagai ‘fitnah’. jika pedang ilmu berada ditangan penjahat lebih berbahaya daripada pemabuk yang bersenjata. Orang jahat akan menyalahgunakan tahta. Terhadap merekalah perang suci diwajibkan untuk melucuti senjata mereka. Kita adalah penjahat yang sedang diperangi oleh seorang mursyid guna melucuti semua sifat-sifat jahat yang berada dalam diri kita.

Juga masyarakat Islam mengetahui bahwa ada sebuah riwayat yang mengatakan tidaklah dibolehkan meninggikan suara disaat ada Rasulullah,saw. Ini sama artinya menyalakan obor disiang hari bolong. Kita bisa membayangkan, jika mengeraskan suara saja tidak boleh apalagi berdoa dihadapan yang mulia Rasulullah,saw.

Dalam adab tarekat dikatakan dilarang duduk diatas sajadah dihadapan guru. Hal ini bermakna bahwa sajadah merupakan alas suci untuk melakukan peribadatan. Sajadah digunakan hanya untuk melakukan shalat, wiridan, membaca Al Qur’an atau bisa disebut sebagai tindak peribadatan bukan yang lain. Jika demikian guru adalah sejuta sajadah bagi sang murid, oleh sebab itu murid harus segera melipat sajadah dzahiran dan menggelar sajadah batinannya. Membuang jauh-jauh ilmu pengetahuan yang dimilikinya dan mempersiapkan cawan kosong guna menerima air kehidupan dari seorang syaikh. Dikatakan bahwa tidak mengaminkan doa seorang syaikh atau waliyullah maka robohlah keimanannya. Oleh karenanya, jangan pernah meninggikan suara dihadapan syaikh, apalagi melantunkan doa-doa dihadapannya.

Jika Syaikhuna (semoga Allah merahmatinya) mengenakan topi merah, maka sang murid jangan sekali-kali memakainya. juga jika beliau memakai jubah jangan pernah sang murid memakainya juga. Sebagai tanda kepatuhan seorang murid, sebagai simbol bahwa sang murid adalah gelas kosong adalah dengan memakai topi hijau dan memakai gamis yang sederhana, bukan sama seperti guru. Sebuah riwayat mengatakan bahwa disaat Rasulullah,saw., dan Abu Bakar,ra., memasuki Madinah dan agar masyarakat segera mengetahui yang mana Rasulullah, maka segera Abu Bakar,ra., menanggalkan sesuatu yang dipakainya. Orang yang meniru-niru prilaku seorang syaikh, disindir oleh Hadrat Maulana Jalaluddin Rumi,ra., seperti burung beo yang botak lantaran menumpahkan minyak wangi milik tuannya, lalu tuannya menamparnya hingga botak. ia berhenti bicara sampai tuannya menduga karena shock. suatu ketika seorang sufi botak lewat ddidepan burung beo itu, tiba-tiba sang burung berkata kepada sang sufi : 'Wahai sufi, apakah engkau botak lantaran menumpahkan minyak wangi?' Sang sufi menjawab : 'Tidaklah sama orang-orang yang memakai pakaian ala sufi dengan seorang sufi, tidaklah sama bicaranya orang-orang yang mencontoh sufi dengan sufi, dan tidaklah sama doa orang yang mengaku sufi dengan seorang sufi.'

Tugas seorang murid adalah mengikat semua sifat hewaniyah, syaithoniyah dan jiwa rendah lainnya, agar cahaya ketawadhuan memancar dan mengejewantah dalam tindakan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.